Minggu, 20 Agustus 2017

Midang : Magrib mengaji dan Mabit Bersama



          
  Magrib mengaji memang sempat buming di seluruh kawasan Indonesia. Menteri agama selaku penanggung jawab dan sekaligus inisiator dari gerakan magrib mengaji ini,  menaruh harapan besar kepada seluruh masyarakat Indonesia untuk melestarikan budaya mengaji yang selama ini terkalahkan oleh budaya nonton TV. Mengaji (baca: membaca Qur’an) dalam pandangan agama islam sangat besar sekali fadilahnya. Nabi Muhammad sebagai akhir utusan Allah yang meneruskan dan melengkapi ajaran bapak Ibrahim AS sejak jauh-jauh hari telah mengajarkan bahwa satu huruf Qur’an yang dibaca akan mendapat sepuluh ganjaran, dan jika seseorang hanya membaca alif lam mim saja, maka baginya tiga puluh ganjaran. Al-Qur’an merupakan kitab suci agama islam, didalamnya terkandung hukum, cerita-cerita nabi zaman dahulu, kabar baik dan kabar buruk bahkan, semua ilmu pengetahuan yang ada saat ini sebetulnya sudah tertuang dalam Qur’an yang menjadi kitab pedoman hidup itu.
           
Dusun Midang sebagai tetangga dusun kebun indah yang terkenal memiliki pondok pesantren al-Halimy tengah mencoba menghidupkan kembali tradisi mengaji setelah magrib ini. Gerakan magrib mengaji ini sudah terselenggara secara konsisten dibeberapa tempat yang berada di Dusun midang baik itu rumah warga setempat, pondok pesantren as-saidiyah, yayasan baitul hidayah, mushala ar-Rahman dan di sanggar belajar & seni dusun Midang. Selain magrib mengaji, ternyata pemuda dusun Midang yang tergabung dalam komunitas sanggar ini juga telah mengadakan mabit malam dengan anak-anak setempat. mabit malam itu diselenggarakan satu minggu sekali tepatnya, setiap malam minggu. Ide ini muncul dikarenakan banyaknya pemuda dan bahkan sampai anak-anak mengisi malam minggu mereka dengan hal-hal yang kurang bermanfaat seperti : minum tuak bersama di arena, kencan dengan non muhrim, tauran ke desa tetangga dan sebagainya.

Al-hamdulillah, cukup banyak anak-anak dan pemuda yang menghadiri hari pertama mabit bersama yang terselenggara di sanggar belajar & seni. Kegiatan mabit bersama itu pun dibingkai semenarik mungkin oleh pengurus dan pengelola sanggar, anak-anak dan pemuda diajak untuk bermain bersama terlebih dahulu, kemudian membaca buku bersama, berdiskusi bersama dan puncaknya ialah shalat malam bersama (tahajud berjama’ah) dan shalat subuh berjama’ah. Setelah usai menunaikan shalat subuh, zikir dan serangkaian ritual ibadah lainnya, anak-anak dan pemuda setempat diajak untuk jalan-jalan menyapa alam, sembari mengajak mereka membaca dan menikmati keindahan alam yang ada disekitar desa midang, ada sawah dengan padi yang hijau, kali dengan air yang lumayan murni, ada lapangan main bola tempat mereka berolah raga dan tentunya, ada dingin yang siap menyegarkan aktifitas mereka dihari minggu.

Dari hal yang sederhana seperti magrib mengaji dan mabit bersama itu,  jika dilakukan dengan konsisten maka akan menumbuhkan budaya baru ditengah-tengah masyarakat dusun Midang. Semoga dengan adanya gerakan ini, dusun Midang terus berbenah menjadi dusun yang diisi oleh orang-orang berbudaya, religious dan berpikiran maju. Midang masa depan, harapan kami selaku pemuda yang terus belajar mengabdi kepada masyarakat dengan ide dan pikiran yang kami miliki.
Salam damai dari pemuda sanggar



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bangsal Menggawe; sebuah catatan pribadi #4

Sudah cukup lama saya tidak lagi menggeluti sepak bola. Terakhir, seingatku, dua tahun berturut-turut menjadi juara ke tiga tingkat kecama...