Magrib mengaji memang sempat buming di seluruh kawasan
Indonesia. Menteri agama selaku penanggung jawab dan sekaligus inisiator dari
gerakan magrib mengaji ini,
menaruh
harapan besar kepada seluruh masyarakat Indonesia untuk melestarikan budaya
mengaji yang selama ini terkalahkan oleh budaya nonton TV. Mengaji (baca:
membaca Qur’an) dalam pandangan agama islam sangat besar sekali fadilahnya. Nabi
Muhammad sebagai akhir utusan Allah yang meneruskan dan melengkapi ajaran bapak
Ibrahim AS sejak jauh-jauh hari telah mengajarkan bahwa satu huruf Qur’an yang
dibaca akan mendapat sepuluh ganjaran, dan jika seseorang hanya membaca
alif lam mim saja, maka baginya tiga
puluh ganjaran. Al-Qur’an merupakan kitab suci agama islam, didalamnya
terkandung hukum, cerita-cerita nabi zaman dahulu, kabar baik dan kabar buruk
bahkan, semua ilmu pengetahuan yang ada saat ini sebetulnya sudah tertuang
dalam Qur’an yang menjadi kitab pedoman hidup itu.
Dusun Midang sebagai tetangga dusun kebun indah yang
terkenal memiliki pondok pesantren al-Halimy tengah mencoba menghidupkan
kembali tradisi mengaji setelah magrib ini. Gerakan magrib mengaji ini sudah
terselenggara secara konsisten dibeberapa tempat yang berada di Dusun midang
baik itu rumah warga setempat, pondok pesantren as-saidiyah, yayasan baitul
hidayah, mushala ar-Rahman dan di sanggar belajar & seni dusun Midang. Selain
magrib mengaji, ternyata pemuda dusun Midang yang tergabung dalam komunitas
sanggar ini juga telah mengadakan mabit malam dengan anak-anak setempat. mabit
malam itu diselenggarakan satu minggu sekali tepatnya, setiap malam minggu. Ide
ini muncul dikarenakan banyaknya pemuda dan bahkan sampai anak-anak mengisi malam
minggu mereka dengan hal-hal yang kurang bermanfaat seperti : minum tuak
bersama di arena, kencan dengan non muhrim, tauran ke desa tetangga dan
sebagainya.
Al-hamdulillah, cukup banyak anak-anak dan pemuda yang
menghadiri hari pertama mabit bersama yang terselenggara di sanggar belajar
& seni. Kegiatan mabit bersama itu pun dibingkai semenarik mungkin oleh
pengurus dan pengelola sanggar, anak-anak dan pemuda diajak untuk bermain
bersama terlebih dahulu, kemudian membaca buku bersama, berdiskusi bersama dan
puncaknya ialah shalat malam bersama (tahajud berjama’ah) dan shalat subuh
berjama’ah. Setelah usai menunaikan shalat subuh, zikir dan serangkaian ritual
ibadah lainnya, anak-anak dan pemuda setempat diajak untuk jalan-jalan menyapa
alam, sembari mengajak mereka membaca dan menikmati keindahan alam yang ada
disekitar desa midang, ada sawah dengan padi yang hijau, kali dengan air yang
lumayan murni, ada lapangan main bola tempat mereka berolah raga dan tentunya,
ada dingin yang siap menyegarkan aktifitas mereka dihari minggu.
Dari hal yang sederhana seperti magrib mengaji dan mabit
bersama itu, jika dilakukan dengan
konsisten maka akan menumbuhkan budaya baru ditengah-tengah masyarakat dusun
Midang. Semoga dengan adanya gerakan ini, dusun Midang terus berbenah menjadi
dusun yang diisi oleh orang-orang berbudaya, religious dan berpikiran maju. Midang
masa depan, harapan kami selaku pemuda yang terus belajar mengabdi kepada
masyarakat dengan ide dan pikiran yang kami miliki.
Salam damai dari pemuda
sanggar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar