Jumat, 18 Agustus 2017

kumpulan puisi



-Dinda-
Dinda, pagi ini tak cerah
oleh mendung dicakrawala
Dinda, pagi ini bisa kembali cerah
jika senyum mu membelai bagai angin
aku pagi dan kau cerah
emosi ialah mendung dan 
memaafkan ialah angin.


-Apa Kabar mu Tanah-
Apa kabar mu tanah ?
masih kah kau menumbuhkan padi dan jagung?
masih kah kau menumbuhkan beringin2 raksasa?
apa kabar mu tanah?
anak-anak kami bertanya-tanya
Ayah jagung itu apa?
Ayah beringin itu apa?
Aku menangis sepanjang petang
bukan karna tak dapat beasiswa studi
namun aku sendiri tak tau jagung dan beringin itu apa
kata leluhurku dulu
, kelas kami dibawah beringin
tak bertembok namun syahdu 
angin yang menabrak kulit begitu memanjakan
apa kabar mu tanah?
kurasa rahim mu telah rusak kerna setiap saat diperkosa
masa subur mu telah lewat 
wajah mu telah kriput 
kekuatan mu memudar tak mampu membendung panas matahari
Apa kabar mu tanah?


Sore ini-
Sore ini
Seekor ayam betina
mengimami gerombolan srigala
ketika cambuk malam
membidik buntut pemikir
tak terdengar bunyi tenang
kongkongan ayam masih khas
sore ini
anjing pelacak terlihat cantik
gonggongannya sperti emas
sekeliling tanah yang diinjak
ada tulang belulang yang bisa saja diterkam kejam
sore ini
kegelisahan sperti lalat
menghinggapi bangkai-bangkai busuk
terus berhimpun
berhimpun
berhimpun
lalat raksasa tinggal memakan kepala manusia
mereka pun berjalan tanpa kepala
sore ini
tidak kah kau dengar suara kekesalan?


Bukan Pilihan-
Bahwa saya manusia itu bukan pilihan
Bahwa saya berpikir itu bukan pilihan
Bahwa saya berkomunikasi itu bukan pilihan
Semuanya kehendak semesta
Dengan kekuatan kun
Fayakun


 Celoteh
Aku mencintaimu dengan pandangan hina
tanganku menganga lapar
perutku meronta
aku pun memujimu kerana lapar sedang memburu.
Kurang hina apakah aku kekasih
Aku menyebutmu kekasih namun cntaku datang bersebab  
sebab ku takut atau butuh dan pantaskah kekasih diperkosa sdemikian rupa?


Syair kampung-ku -
Aku hafal sekali nama tanah itu
Terhampar dipinggiran kota
Penghubung arah mata angin ke kota santri
Midang, nama yg identik bagi dua sejoli yg sedang mesra-mesraan
Demikianlah penduduk sekitar yg saling mengayomi dan mengasihi.
Aku ingat betul kali-kali yg terhampar ditanahmu
Darinya aku amalkan sunnah rosul tentang berenang
Bendungan raksasa yg menjadi rujukan kampung-kampung lain
Sungguh aku masih ingat sawah-sawah yg menghiasi tanah itu
Terbentang dari ujung barat sampai timur
Setiap pagi petani berjalan dengan tujuan yg amat mulia
Darinya aku belajar tentang keharmonisan manusia dan alam
Kampungku , khas sekali wajah murnimu
Anak-anak sekolah berlari bebas digang-gang rumah tetangga
Bercanda ria melepaskan beban pelajaran
 Bila adzan magrib, bocah-bocah berjalan membawa Qur'an
Mengambil berkah dari guru ngaji
Khas sekali lantunan do'a yg dibaca sepulang derus
Sebelum Televisi membobol identitas itu.
Kampungku , jangan kau sendu
Biarlah kenangan itu tersimpan jauh disanubariku
Biarkan kelak semuanya menjadi cerita indah kepada anak dan cucu-cucuku
Biarkan memori indah itu menjadi saksi bisu
Betapa religius dan murninya tanah, air dan udaramu



perasaan yang rumit”
Suara ku merdu.
Terbawa angin syahdu.
Pohon-pohon bergoyang lugu.
Membawa pesan tentang rindu.
Satu rasa yang teramat rumit.
Terbelenggu dalam siksa yang menjerit.
Perasaan cinta yang tak biasa.
Seakan menggoda terus menggoda.
Bila saja angin bisa ku genggam.
mesti ada rindu yang akan terekam.
Jauh dalam sanubari.
Aku merasa sedang sendiri.
Meskipun banyak jiwa yang menemani.
Namun perasaan ini rumit untuk ku selami.
Cerita tentang cinta
Kembali menghiasi meja
Perasa yang tak lupa
Begitu indah cinta berdua
Sepi.
Sendiri.
Ramai.
Tetap saja sendiri.
Sunyi.
Menunggu.
Hati.
Yang syahdu.
Begitu.
Ternyata ada yang belum tahu.
Bahwa perasaan ini sangat rumit.        



-Intim sekali-
Intim sekali , kau melihatku tanpa sehelai pakaian.
maluku hilang entah tanpa alasan.
setebal angan ku kenakan penutup aurat.
intim sekali, pandanganmu menembus jutaan hijab.
dimana badan ini harus menepi?
pangeran ku, intim sekali hakikat hidup.
sekali-kali jangan, jangan kau tanggalkan pakaian zohirku.
sebab, badanku tak sanggup menahan pujian atau hinaan
           


 
Melalui Opini-
Melalui opini aku ingin
mengangkat rumput-rumput liar yang terinjak-injak
Menyeru langit agar tak congkak dengan ketinggian
Membebaskan bumi dari kaki-kaki imprialisme global
Membuka pintu kebebasan pancasilais selebar-lebarnya
Menebarkan harumnya pakaian cinta dan kasih sayang
Melalui opini
mari kita membuka bibir berbicara tentang
Kemiskinan yang diwariskan turun-temurun
Apa itu?
Ialah status penggugur hak-hak kemanusiaan
Dari hak berpendidikan sampai hak makan dan berpakaian
Apa benar itu takdir?
Sementara tuhan kita itu wujud yang ramah dan kaya
Bumi kita jua terhormat dan kaya
Lautnya dipenuhi dolar-dolar amerika
Tanahnya berisi dirham-dirham saudi
Anginnya menidurkan turis-turis yang miskin kenyamanan
Sayang, aduhai teramat sayangnya
Ada Ribuan buruh pertahun masih rusuh
Ada orang tua mempromosikan ginjal demi pendidikan anaknya
Ada penerus bangsa bingung mau menjadi apa
Ada petinggi menyerupai leak dalam hal perubahan menjadi tikus
Pelajarnya dipaksa sejak SD hingga Mahasiswa
Ending pendidikan sebagian mereka ialah pengangguran
Melalui opini
aku berbagi air mata
Mana ada negri sehebat negri ini?
Persoalan besar mampu ditutupi
Yang nampak hanya persoalan kacang
Kisruh pohon beringin yang digoncang badai
Atau ka’bah yang sempat kehilangan karomahnya
Kapan kita dengar kabar tentang burung papua
Yang enggan terbang sebab sayapnya hampir rapuh
Melalui opini
tak ada yang mampu menahan kata-kata
     


-Jika Rindu-Ku Tak Kau Jawab-
Jika rinduku tak kau jawab
Ada ribuan alasan untuk-ku menggugatmu
Akan ku tuntut kau atas nama keadilan
Atau akan ku giring namamu kemahkamah kasih sayang
Keadilan yang selama ini tertanam dalam jauh hatiku
Dan Kasih sayang yang selama ini nampak disetiap dentuman jantungku
Jika rinduku tak kau jawab
Maka kemana gerangan shalat dan puasaku
Sodakoh dan zakatku
Haji dan umrohku
Ilmu dan amalku
Semuanya telah ada karna mengimanimu
Jika tetap kau tak menjawab
Maka apa alasanku untuk lari dar penjara abadimu?
Semuanya hak-mu, sehingga tuntutanku hanya lelucon kotor
Jika rinduku tak kau jawab sementara ia
Telah menembus tujuh pitala langit
Mengegetarkan arasy
 membangunkan para bidadari-mu
Menundukan para malaikatmu
Membakar semua alirah darah tubuhmu
Sebab tubuhku adalah tubuhmu
Karena kerinduanku begitu berdarah-darah
Tentunya itu hanya ilusi dari kesetanan-ku
Sebab dirimu berhak atas semuanya
Dzatmu berbeda dengan dzat hinaku
Jika rindu-ku tak kau jawab
Aku hanya pasrah menerima kehendakmu



Untuk pacarku’
Aku mencintaimu kerna itu aku menulis
Tentang hakikat cinta
Ialah memperbaiki
Pacarku,
dari-mu dua penguasa alam suci hadir
Isa dan Muhammad tanpa mereka manusia gelap
Pacarku
Kau madrasahnya lelaki
Kerna itu jangan sekali-kali
Kau jual murah badanmu pada mereka
Ulurkan pakaianmu serapi mungkin
Perindah senyum-mu semanis mungkin
Tundukan pandanganmu setaat mungkin
Pacarku
Berpikirlah maju semajunya zaman ini
Tanam dikedalaman bumi logika purba
Wanita penghuni dapur,kasur dan sumur
Pacarku
Jika demikian adamu
Terimalah cintaku yang tak terukur ini



kerna-mu Ayah’
Aku belajar mendefinisikan keringat
Kurus-kurus-mu
Tepian malam membunuh virus
Kerna mu Ayah
Waktu tak menindih
Keinginan mulus
Wajah tak sendu
Tinggi-tinggi dadamu
Rendah namun kalbumu
Tajam-tajam duri mawar
Wangi namun aromanya
Kerna mu ayah
Manusiaku menjadi jadi
Kehewanan-ku terlempar sepi
Harga diri kau gulingkan
Kau bimbing tangan-ku
Meletakkanya pada posisi semula
Kerna –mu ayah
Aku mampu mengukur jarak
Membaca zaman
Merenungi masa silam
Kerna-mu ayah
Alasan tangan berbicara

Salam dariku
Oooh salam dariku
Cinta semerbak kasturi
Rindu sedahsyat tsunami
Kekaguman menuai benci
Oooh salam dariku
Bukan penghuni yaman
Atau panggung sejarah spiritual
Entah aku berasal apa
Darimana dan kemana
Oooh salam dariku
Tenang-tenang
Benih-benih
Jernih-jernih
Teraduk menjadi anggur cinta
Oooh salam dariku
Hamba bukan
Tuan bukan
“Bukan” bukan
Lalu siapa?
Oooh salam dariku
Pemilik kekuatan
Kaf dan nun
Jatuhkanlah nakjis
Tubuh menanggungnya
Asal kau ridho
Oooh suara oooh
Berhentilah sebagai symbol
Kekaguman padamu
Mengagumi milikmu
Oooh salam dariku

“Jatuh cintakanlah aku”
Jatuh cintakanlah aku
Kepada dia yang menangisi dosa-dosanya
 dia yang selalu memanjangkan sujudnya
 dia yang menundukkan pandangannya
Jatuh cintakanlah aku
kepada dia yang menata hatinya untuk-mu
kepada dia…
Yang bersandar diujung senja
Yang bersiul halus oleh kalam dewa
Yang menemani malaikat disinggasana
Dia-lah…
Yang kurindukan bagai Bara api
Yang ku tasbihkan tiapSiang dan malam hari
Rindu dan cinta ini seperti aku dan kamu
Seperti mendung menutupi mentari
sedangkan kita berada dibawahnya
Panas tak terasa
Sejuk pun berdansa
Jatuh cintakanlah aku
Pada gelap yang sembunyi
Pada kepala yang berisi
Pada perangai yang terpuji
Jatuh cintakanlah aku
Agar cinta berjalan mulus pada garisnya




                                                                                                                                                  


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bangsal Menggawe; sebuah catatan pribadi #4

Sudah cukup lama saya tidak lagi menggeluti sepak bola. Terakhir, seingatku, dua tahun berturut-turut menjadi juara ke tiga tingkat kecama...