Jumat, 18 Agustus 2017

Beragama dengan cinta

 
Agama merupakan gabungan dari dua kata dalam bahasa sangsekerta yaitu “a” yang berarti “tidak” dan “gama” yang berarti “kocar-kacir”. Jadi secara bahasa bisa disimpulkan bahwa sesungguhnya agama itu membimbing penganutnya menuju jalan lurus yang tidak menyesatkan. Ada banyak pakar yang mencoba menjelaskan definisi agama ini berdasarkan hasil tela’ah dan renungan mereka masing-masing, misalkan menurut Mahmud Syaltut agama adalah ketetapan-ketetapan ilahi yang diwahyukan kepada Nabi-nya untuk menjadi pedoman hidup manusia. 
 
Dan pada kesempatan lain Syaikh Muhammad Abdullah Badran mengungkapkan bahwa agama adalah hubungan antara makhluk dan khaliknya. pendapat beliau ini dilandasi karena dalam bahasa arab “din” yang berarti agama menurut Guru Besar al-Azhar itu menggambarkan “hubungan antara dua pihak dimana yang pertama mempunyai kedudukan yang lebih tinggi daripada yang kedua”. Seluruh kata yang menggunakan huruf-huruf dal, ya’ dan nun seperti dain yang berarti hutang atau dana yadinu yang berarti menghukum atau ta’at dan sebagainya, kesemuanya menggambarkan adanya dua pihak yang melakukan intraksi.
Dalam mengekspresikan sikap keagamaannya, terkadang ada sebagian kelompok manusia memilih jalur extrim atau keras terhadap kelompok lain yang tidak sejalan dengan pemahaman keagamaannya, dan adapula golongan yang terlalu bebas memahami agama sehingga ketentuan-ketentuan yang telah Allah tetapkan tidak jarang dihantam dan dikritik karena tidak sesuai dengan perkembangan zaman atau ilmu pengetahuan. 
 
Karena itulah, pemahaman agama yang dilandasi dengan cinta dianggap perlu diterapkan dibumi indonesia ini secara khusus dan Allah secara lebih umum nya. Pemahaman agama dengan jalan cinta ini tidaklah memposisikan agama sebagai produk hati manusia melainkan untuk menampilkan sisi kelembutan agama tersebut karena pada dasarnya yang menurunkan ajaran agama tersebut ialah dzat yang maha pengasih dan penyayang. oleh karena itu, agama dan cinta tidak bisa dipisahkan satu sama lain.
Rasulullah saw sebagai pembawa agama islam telah membuktikan hasil dari penerapan agama dengan cinta ini yaitu dengan luluh-nya sebagian hati dari sahabat-sahabat beliau ketika melihat budi pekerti beliau yang sangat halus saat berinteraksi dengan sahabat-sahabatnya.
Di zaman modern ini, saat manusia cendrung lebih mengedepankan emosi dari pada hati sangat diperlukan pemahaman yang lunak dan bersahabat seperti ini karena jika tidak demikian maka manusia akan saling memaki satu sama lain yang akan menyebabkan hilangnya ruh persaudaraan yang telah lama dicita-citakan oleh sang Rasul mulia Nabi Muhammad saw. 
 
Demikianlah pentingnya menunjukan sikap keagamaan kita dengan penuh kecintaan kepada manusia yang tidak sepaham atau sejalan dengan kita atau kepada seluruh manusia yang hidup dibumi Allah ini.
Maka jika Agama tidak mampu mempersatukan kita maka cukuplah kemanusiaan menjadi tolak ukur persatuan tersebut
Walaahu ‘alam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bangsal Menggawe; sebuah catatan pribadi #4

Sudah cukup lama saya tidak lagi menggeluti sepak bola. Terakhir, seingatku, dua tahun berturut-turut menjadi juara ke tiga tingkat kecama...