Sudah cukup lama saya tidak lagi menggeluti sepak bola. Terakhir, seingatku, dua tahun berturut-turut menjadi juara ke tiga tingkat kecamatan pada tournament berdikari cup yang diselenggarakan oleh kawan-kawan karang taruna desa Midang, Kecamatan Gunung Sari Lombok Barat di lapangan Belencong. Tahun 2015-2016 adalah tahun terakhir saya mengikuti pertandingan sepak bola. Tentu, sebagai pemain yang tidak pintar-pintar amat, saya tidak asing dengan laga sepak bola. Panatisme supporter, sorak-sorak mereka dan ditambahi sedikit bumbu celotehan yang terkadang terkesan lebih tau dibanding pemain sudah menjadi hal yang biasa dalam dunia sepak bola. Sepak bola di Lombok hanya difahami sebagai hobi bukan sebagai profesi yang membutuhkan talenta khusus. Sebagai hobi, sepak bola bebas dimainkan dengan cara bagaimanapun, asalkan ada bola dan pemain, sekalipun misalkan, yang bermain itu ada dua atau satu orang saja. Minimnya perhatian pemerintah kepada pesepak bola di Lombok khususnya dan NTB pada umumnya harus membuat banyak pemain senior memutuskan untuk menggantung sepatu dan memilih jalur hidup yang berbeda.
Rustanto, nama yang tidak asing ditelinga para pemain sepak bola desa Midang. Kini, umurnya sudah 37 tahun. Hampir separuh bahkan seluruh hidupnya diinfakkan untuk bermain bola dan melatih para pesepak bola muda desa Midang dengan tanpa imbalan gaji serupiah pun. Dia bermain sudah keliling Lombok, namun tidak pernah mampu menembus liga Indonesia. Saya menduga bahwa ada ribuan Rustanto yang harus menyedekahkan hidupnya untuk sepak bola namun tidak pernah diberikan jaminan pasti oleh pemerintah. Memang sudah menjadi takdir bahwa sepak bola di Lombok hanya difahami sebagai hobi saja.
Tanggal 10 Februari 2019, pada sore yang mekar, suasana tiga tahun silam kembali menggerutu dibenak saya. Sore itu, bangsal cup resmi dibuka setelah sekian minggu lumayan menguras keringat dan isi dompet. Negosiasi lapangan, bersih-bersih lapangan, pemasangan spanduk, bendera, umbul-umbul dan beberapa banner yang bertuliskan pesan-pesan bijak yang ditulis dengan bahasa local-Lombok Utara-. Kerumitan demi kerumitan yang ditawarkan oleh bangsal cup telah memahat pengetahuan yang utuh pada diri saya bahwa untuk mendapatkan hasil yang baik harus menempuh proses yang tidak mengasyikan.
Sore itu, dilapangan bangsal-samping kantor KUA dan kantor syahbandar- warga pemenang berkumpul sembari membawa sepaket kebahagiaan dan kesedihan mereka masing-masing. Nelayan dengan memikul suka duka dari lautan, guide dengan suka duka memburu tamu, pedagang dengan suka duka pembeli, dan tentunya, pemuda dengan suka duka mereka tentang semua hal, termasuk perasaan. Tidak ketinggalan, pak Suhaddman -Camat Pemenang- yang memang sudah mendapat undangan khusus untuk pembukaan terlihat hadir dengan mimik muka yang sumringah. Beliau ditemani ketua PSSI -pak Fauzan- Lombok Utara duduk menghadap utara diatas bangku besi memanjang. Mengenakan peci dinas, kaca mata dan memasukan baju, pak Camat terlihat begitu rapi dan memang sengaja berapi-rapi demi menghadiri pembukaan bangsal cup. Antusias pak Camat semakin menjadi-jadi ketika beliau diberikan panggung untuk menyampaikan kata sambutan sekaligus peresmian pembukaan bangsal cup dengan menendang bola ke arah gawang.
Sebelum pak Camat menyampaikan sambutan, panitia sempat dibuat bingung dengan salon yang tiba-tiba kehabisan batrai dan perlu dicas. Sementara, waktu itu, kantor syahbandar yang diniatkan menjadi tempat mengalirkan listrik sudah mengunci pintu. Siba dan semua panitia kemudian marah-marah sembari pengumpat semua pihak, seperti perempuan yang sedang haid. Waktu itu, saya membonceng ketua PSSI Lombok Utara menyempatkan diri untuk meminjam jengset kepada salah seorang warga yang berada disamping barat lapangan. Ditengah perjalanan, saya melihat Siba berjalan kaki menuju arah yang sama dengan tujuan yang sama -meminjam jengset-. Diatas berugak, samping kandang ayam didalam rumah yang cukup luas, saya menjumpai pengelola ternak sedang sibuk bermain catur. Lalu pak Fauzan mengutarakan niat untuk meminjam jengset. Tanpa pikir panjang, peternak itu menyuruh kami mengambil jengset yang berada tepat didepan kandang ayam. Waktu balik kelapangan, saya membonceng Siba sembari membawa jengset. Tidak disangka, sesampai di lapangan, kami menjumpai pintu syanbandar sudah bisa terbuka dan aliran listrik sudah mengalir. Entah siapa yang menghubungi penjaga gedung itu, setiba disana, saya melihat semuanya sudah siap disajikan.
Dalam sambutannya, pak Camat menekankan kepada semua masyarakat untuk mendukung penuh kegiatan bangsal cup karena kegiatan itu dalam rangka mencari dan kemudian akan membina atlit-atlit muda Lombok Utara, khususnya Pemenang. Berdalil dengan mencatut nama Zohri, salah seorang pelari yang sempat membuat Indonesia bahkan dunia terguncang dengan prestasinya menjuarai lomba lari marathon tingkat internasional, Pak Camat memberikan motivasi kepada semua masyarakat bahwa tidak mustahil dari kecamatan Pemenang, akan lahir pesepak bola dengan skil yang mumpuni. Seperti Zohri yang merupakan pemuda tulen Pemenang, menjadikan pantai bangsal sebagai tempat berlatih setiap hari. Selain menyinggung tentang bangsal cup, Camat Pemenang juga tidak lupa memaparkan tentang potensi wisata yang dimiliki oleh kecamatan Pemanang. “Memang, pasca gempa wisatawan mengurang drastis. Oleh karena itu diperlukan untuk terus mempromosikan wisata dengan terus menerus, salah satunya dengan kegiatan ini” ujar beliau dengan penuh harapan.
Sore itu, seusai memberikan sambutan sembari meresmikan dimulainya bangsal cup dengan cara menendang bola kearah gawang, empat tim turun berlaga dengan semangat berapi-api. Sempat menunggu beberapa lama kedatangan pak Novi, -wasit- lipri panjang pun terdengar sekaligus menjadi tanda pertandingan sudah dimulai. Duha’, izom, Alia dan Dani sibuk merekam jalannya pertandingan. Sementara Ilham dan kawan-kawan yang lain saling bergantian memungut bola yang keluar dari lapangan pertandingan.
Ada empat club yang bermain sore itu dengan durasi waktu 2x15 menit. Laga pembukaan mempertemukan antara Akas A melawan Manyungsang FC. Akas –anak karang subagan- terlihat lebih menguasai jalannya pertandingan dan tentu saja, Akas mampu meluluh lantahkan pertahanan Manyungsang dan memenangkan laga dengan scor telak 5-1. 5 Gol akas dicetak oleh Zais 1 goal, Fatih 1 goal, Zaki 2 goal dan Abi 1 goal. Salah seorang pemain akas melakukan bunuh diri yang kemudian memberikan angka 1 untuk Manyungsang FC. Babak pertama dan kedua, Akas konsisten mempertahankan gaya permainan yang kompak dan apik. Terlihat dari gaya bermain mereka, nampaknya mereka sudah sering melakukan latihan bersama dan sudah saling memahami satu sama lain.
Laga kedua mempertemukan antara Muara Putat melawan PSJM. Pemain Muara Putat yang terlihat masih dibawah umur 13 tahun tampak bersemangat sekalipun scor akhir dimenangkan oleh PSJM 4-0. 4 goal PSJM dicetak oleh Kolun 1 goal, Bayu 1 goal, Riski 1 goal dan goal terakhir merupakan hasil bunuh diri dari pemain Muara Putat. Dari dua pertandingan sore itu keluar sebagai pemenang Akas A dan PSJM. Sementara tim yang kalah tidak langsung gugur melainkan masih mempunyai satu kesempatan lagi untuk berlaga dan itu menjadi laga hidup dan mati mereka.
Setelah laga usai, panitia sibuk berberes-beres perlengkapan untuk dibawa pulang ke kantor pasir putih. Waktu itu, saya membonceng Oka membawa semua berkas bangsal cup termasuk daftar nama pencetak goal yang akan diseleksi nanti untuk menentukan siapa yang keluar sebagai top scorer bangsal cup 2019. Selain berkas, kami membawa salon, mik dan bola yang ditaruh dalam plastik besar bening. Oh ya, saya rasa perlu membahas tentang model bola yang digunakan bermain di bangsal cup ini. Menurut saya, ide Rajib –ketua panitia bangsal cup- melapis bola adalah ide unik yang baru saya jumpai. Pasalnya, di rumah tidak pernah kepikiran untuk melapis bola menggunakan bola. Kalian mengertikan? tidak menuntut untuk difahami karena bagian ini memang tidak begitu penting. Setelah saya coba, berat bola plastic itu berbeda. Terasa sedikit berat dan lumayan empuk dan tentunya, angin tidak mempengaruhi terlalu banyak laju bola di udara.
Dengan menenteng salon dan bola, kami tiba di pasir putih dengan beban moral yang sudah sedikit mengurang. Pembukaan bangsal cup tadi sekaligus menjadi awal publikasi secara masal kegiatan bangsal menggawe 2019. Strategi publikasi tentunya dengan memanfaatkan komentator mengelola momen saat masyarakat kumpul berduyun-duyun untuk menyaksikan club kesayangan mereka bermain. Pak Ahyadi-komentator bola- selain menyuarakan proses pertandingan, beliau kerap kali menyinggung tentang kegiatan bangsal menggawe yang akan menemui titik akhirnya pada tanggal 3 Maret 2019 nanti.
Laga pembukaan bangsal cup telah usai. Malamnya, kami tidak duduk melingkar seperti biasa dibundaran asap karena rata-rata kawan-kawan panitia sudah mengeluarkan cukup banyak cakra mereka mempersiapkan proses pembukaan bangsal cup. Malam itu dingin lumayan menusuk badan. Dikelas mendea, saya menyelesaikan jadwal pertandingan dan menulis daftar nama-nama pencetak goal untuk kemudian diseleksi siapa yang berhak menjadi top scorer pada penutupan nanti. Berlama-lama didepan laptop dengan tanpa cahaya lampu membuat mata saya bosan dan kantuk pun datang secara perlahan. Malam itu, semua pekerjaan sudah rampung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar