Kamis, 17 Agustus 2017

Pak Saidi Pahlawan Midang


semua manusia ingin menjadi pahlawan, baik itu pahlawan untuk dirinya sendiri, keluarga dan bahkan untuk orang lain. sebetulnya, pahlawan dalam makna yang paling sederhana ialah pengakuan orang lain akan kontribusi yang pernah kita lakukan. pahlawan hanyalah simbol, sebagai sebuah simbol tentunya dia abadi tak tergerus oleh waktu dan zaman.

namun tahukah anda, bahwa disekeliling kita sebetulnya banyak pahlawan yang tanpa kita sadari selama ini telah kita abaikan. mereka pejuang yang rela menahan air matanya, menahan hausnya bahkan menahan keinginannya. kali ini, saya akan mengangkat salah satu tokoh sekaligus pahlawan dusun Midang yang selama ini perannya tidak pernah disorot oleh khalayak ramai.

iya, namanya Pak Saidi, bekerja sehari-hari menjadi tukang tagih keuangan masjid baitul hidayah Midang. beliau menghidupi istri dan tiga orang anaknya dari hasil gaji menagih keuangan masjid baitul hidayah Midang. sejak kecil, bahkan mungkin saja sejak saya belum mengenal dunia, pak saidi sudah menafkahkan jiwa dan raganya untuk masjid. beliau tidak pernah mengeluh berpropesi sebagai kuli tagih keuangan masjid, meskipun profesi itu dimata sebagian masyarakat hampir tidak memiliki kedudukan.

pak saidi, dengan gayanya yang sederhana, ramah senyum dan selalu mendoakan setiap pribadi yang menyumbangkan hartanya untuk masjid sesungguhnya telah mengajarkan kita makna hakiki dari pahlawan itu sendiri. pahlawan yang selama ini hanya kita identikan dengan seorang tentara yang tegak, membawa senjata dengan muka yang garam dan teriak "NKRI harga mati" seharusnya telah lama kita buang dari ingatan. makna pahlawan seharusnya berkembang, tidak hanya identik dengan mereka yang berjasa dengan skala nasional. pak saidi inilah contoh pahlawan yang mengabdi dan berjuang dengan hati dan itu terbukti dari totalitasnya mengabdi kepada umat dan masjid.

saya teringat dengan cerita uwais al-Qorni, sosok tokoh yang namanya tidak diperbincangkan dimuka bumi namun mampu membuat arasy bergetar. dan saya meyakini bahwa di kampungku, pak saidi ini cocok dijuluki uais al-Qorni. semoga semangat dan pengabdian pak saidi ini tertular kepada saya dan para pembaca semua.

pak saidi, pahlawan masyarakat midang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bangsal Menggawe; sebuah catatan pribadi #4

Sudah cukup lama saya tidak lagi menggeluti sepak bola. Terakhir, seingatku, dua tahun berturut-turut menjadi juara ke tiga tingkat kecama...