-Dinda-
Dinda, pagi ini tak cerah
oleh mendung dicakrawala
Dinda, pagi ini bisa kembali cerah
jika senyum mu membelai bagai angin
aku pagi dan kau cerah
emosi ialah mendung dan
memaafkan ialah angin.
-Apa Kabar mu Tanah-
Apa kabar mu tanah ?
masih kah kau menumbuhkan padi dan jagung?
masih kah kau menumbuhkan beringin2 raksasa?
apa kabar mu tanah?
anak-anak kami bertanya-tanya
Ayah jagung itu apa?
Ayah beringin itu apa?
Aku menangis sepanjang petang
bukan karna tak dapat beasiswa studi
namun aku sendiri tak tau jagung dan beringin itu
apa
kata leluhurku dulu, kelas kami dibawah beringin
tak bertembok namun syahdu
angin yang menabrak kulit begitu memanjakan
apa kabar mu tanah?
kurasa rahim mu telah rusak kerna setiap saat
diperkosa
masa subur mu telah lewat
wajah mu telah kriput
kekuatan mu memudar tak mampu membendung panas
matahari
Apa kabar mu tanah?
Sore ini-
Sore ini
Seekor ayam
betina
mengimami
gerombolan srigala
ketika cambuk
malam
membidik buntut
pemikir
tak terdengar
bunyi tenang
kongkongan ayam
masih khas
sore ini
anjing pelacak
terlihat cantik
gonggongannya
sperti emas
sekeliling
tanah yang diinjak
ada tulang
belulang yang bisa saja diterkam kejam
sore ini
kegelisahan
sperti lalat
menghinggapi
bangkai-bangkai busuk
terus berhimpun
berhimpun
berhimpun
lalat raksasa
tinggal memakan kepala manusia
mereka pun
berjalan tanpa kepala
sore ini
tidak kah kau
dengar suara kekesalan?
Bukan Pilihan-
Bahwa saya manusia
itu bukan pilihan
Bahwa saya
berpikir itu bukan pilihan
Bahwa saya
berkomunikasi itu bukan pilihan
Semuanya
kehendak semesta
Dengan kekuatan
kun
Fayakun
Celoteh
Aku mencintaimu dengan pandangan hina
tanganku menganga lapar
perutku meronta
aku pun memujimu kerana lapar sedang memburu.
Kurang hina apakah aku kekasih
Aku menyebutmu kekasih namun cntaku datang bersebab
sebab ku takut
atau butuh dan pantaskah kekasih diperkosa sdemikian rupa?
Syair kampung-ku -
Aku hafal sekali nama tanah itu
Terhampar dipinggiran kota
Penghubung arah mata angin ke kota santri
Midang, nama yg identik bagi dua sejoli yg sedang mesra-mesraan
Demikianlah penduduk sekitar yg saling mengayomi dan mengasihi.
Aku ingat betul kali-kali yg terhampar ditanahmu
Darinya aku amalkan sunnah rosul tentang berenang
Bendungan raksasa yg menjadi rujukan kampung-kampung lain
Sungguh aku masih ingat sawah-sawah yg menghiasi tanah itu
Terbentang dari ujung barat sampai timur
Setiap pagi petani berjalan dengan tujuan yg amat mulia
Darinya aku belajar tentang keharmonisan manusia dan alam
Kampungku , khas sekali wajah murnimu
Anak-anak sekolah berlari bebas digang-gang rumah tetangga
Bercanda ria melepaskan beban pelajaran
Bila adzan magrib, bocah-bocah berjalan
membawa Qur'an
Mengambil berkah dari guru ngaji
Khas sekali lantunan do'a yg dibaca sepulang derus
Sebelum Televisi membobol identitas itu.
Kampungku , jangan kau sendu
Biarlah kenangan itu tersimpan jauh disanubariku
Biarkan kelak semuanya menjadi cerita indah kepada anak dan cucu-cucuku
Biarkan memori indah itu menjadi saksi bisu
Betapa religius dan murninya tanah, air dan udaramu
“perasaan yang rumit”
Suara ku merdu.
Terbawa angin syahdu.
Pohon-pohon bergoyang
lugu.
Membawa pesan tentang
rindu.
Satu rasa yang teramat
rumit.
Terbelenggu dalam
siksa yang menjerit.
Perasaan cinta yang
tak biasa.
Seakan menggoda terus
menggoda.
Bila saja angin bisa
ku genggam.
mesti ada rindu yang
akan terekam.
Jauh dalam sanubari.
Aku merasa sedang sendiri.
Meskipun banyak jiwa
yang menemani.
Namun perasaan ini
rumit untuk ku selami.
Cerita tentang cinta
Kembali menghiasi meja
Perasa yang tak lupa
Begitu indah cinta
berdua
Sepi.
Sendiri.
Ramai.
Tetap saja sendiri.
Sunyi.
Menunggu.
Hati.
Yang syahdu.
Begitu.
Ternyata ada yang
belum tahu.
Bahwa perasaan ini sangat
rumit.
-Intim sekali-
Intim sekali , kau
melihatku tanpa sehelai pakaian.
maluku hilang entah tanpa alasan.
setebal angan ku kenakan penutup aurat.
intim sekali, pandanganmu menembus jutaan hijab.
dimana badan ini harus menepi?
pangeran ku, intim sekali hakikat hidup.
sekali-kali jangan, jangan kau tanggalkan pakaian
zohirku.
sebab, badanku tak sanggup menahan pujian atau
hinaan
Melalui Opini-
Melalui opini aku
ingin
mengangkat
rumput-rumput liar yang terinjak-injak
Menyeru langit agar
tak congkak dengan ketinggian
Membebaskan bumi dari
kaki-kaki imprialisme global
Membuka pintu
kebebasan pancasilais selebar-lebarnya
Menebarkan harumnya
pakaian cinta dan kasih sayang
Melalui opini
mari kita membuka bibir
berbicara tentang
Kemiskinan yang
diwariskan turun-temurun
Apa itu?
Ialah status penggugur
hak-hak kemanusiaan
Dari hak berpendidikan
sampai hak makan dan berpakaian
Apa benar itu takdir?
Sementara tuhan kita
itu wujud yang ramah dan kaya
Bumi kita jua terhormat
dan kaya
Lautnya dipenuhi
dolar-dolar amerika
Tanahnya berisi
dirham-dirham saudi
Anginnya menidurkan
turis-turis yang miskin kenyamanan
Sayang, aduhai teramat
sayangnya
Ada Ribuan buruh
pertahun masih rusuh
Ada orang tua
mempromosikan ginjal demi pendidikan anaknya
Ada penerus bangsa
bingung mau menjadi apa
Ada petinggi
menyerupai leak dalam hal perubahan menjadi tikus
Pelajarnya dipaksa
sejak SD hingga Mahasiswa
Ending pendidikan
sebagian mereka ialah pengangguran
Melalui opini
aku berbagi air mata
Mana ada negri sehebat
negri ini?
Persoalan besar mampu
ditutupi
Yang nampak hanya
persoalan kacang
Kisruh pohon beringin
yang digoncang badai
Atau ka’bah yang
sempat kehilangan karomahnya
Kapan kita dengar
kabar tentang burung papua
Yang enggan terbang
sebab sayapnya hampir rapuh
Melalui opini
tak ada yang mampu
menahan kata-kata
-Jika Rindu-Ku Tak Kau Jawab-
Jika rinduku tak kau
jawab
Ada ribuan alasan
untuk-ku menggugatmu
Akan ku tuntut kau
atas nama keadilan
Atau akan ku giring
namamu kemahkamah kasih sayang
Keadilan yang selama
ini tertanam dalam jauh hatiku
Dan Kasih sayang yang
selama ini nampak disetiap dentuman jantungku
Jika rinduku tak kau
jawab
Maka kemana gerangan
shalat dan puasaku
Sodakoh dan zakatku
Haji dan umrohku
Ilmu dan amalku
Semuanya telah ada
karna mengimanimu
Jika tetap kau tak
menjawab
Maka apa alasanku
untuk lari dar penjara abadimu?
Semuanya hak-mu,
sehingga tuntutanku hanya lelucon kotor
Jika rinduku tak kau
jawab sementara ia
Telah menembus tujuh
pitala langit
Mengegetarkan arasy
membangunkan para bidadari-mu
Menundukan para malaikatmu
Membakar semua alirah
darah tubuhmu
Sebab tubuhku adalah
tubuhmu
Karena kerinduanku
begitu berdarah-darah
Tentunya itu hanya
ilusi dari kesetanan-ku
Sebab dirimu berhak
atas semuanya
Dzatmu berbeda dengan
dzat hinaku
Jika rindu-ku tak kau
jawab
Aku hanya pasrah
menerima kehendakmu
Untuk pacarku’
Aku mencintaimu kerna
itu aku menulis
Tentang hakikat cinta
Ialah memperbaiki
Pacarku,
dari-mu dua penguasa
alam suci hadir
Isa dan Muhammad tanpa
mereka manusia gelap
Pacarku
Kau madrasahnya lelaki
Kerna itu jangan
sekali-kali
Kau jual murah badanmu
pada mereka
Ulurkan pakaianmu
serapi mungkin
Perindah senyum-mu
semanis mungkin
Tundukan pandanganmu
setaat mungkin
Pacarku
Berpikirlah maju
semajunya zaman ini
Tanam dikedalaman bumi
logika purba
Wanita penghuni
dapur,kasur dan sumur
Pacarku
Jika demikian adamu
Terimalah cintaku yang
tak terukur ini
kerna-mu Ayah’
Aku belajar mendefinisikan keringat
Kurus-kurus-mu
Tepian malam membunuh virus
Kerna mu Ayah
Waktu tak menindih
Keinginan mulus
Wajah tak sendu
Tinggi-tinggi dadamu
Rendah namun kalbumu
Tajam-tajam duri mawar
Wangi namun aromanya
Kerna mu ayah
Manusiaku menjadi jadi
Kehewanan-ku terlempar sepi
Harga diri kau gulingkan
Kau bimbing
tangan-ku
Meletakkanya pada posisi semula
Kerna –mu ayah
Aku mampu mengukur jarak
Membaca zaman
Merenungi masa silam
Kerna-mu ayah
Alasan tangan berbicara
Salam dariku
Oooh salam dariku
Cinta semerbak kasturi
Rindu sedahsyat tsunami
Kekaguman menuai benci
Oooh salam dariku
Bukan penghuni yaman
Atau panggung sejarah spiritual
Entah aku berasal apa
Darimana dan kemana
Oooh salam dariku
Tenang-tenang
Benih-benih
Jernih-jernih
Teraduk menjadi anggur cinta
Oooh salam dariku
Hamba bukan
Tuan bukan
“Bukan” bukan
Lalu siapa?
Oooh salam dariku
Pemilik kekuatan
Kaf dan nun
Jatuhkanlah nakjis
Tubuh menanggungnya
Asal kau ridho
Oooh suara oooh
Berhentilah sebagai symbol
Kekaguman padamu
Mengagumi milikmu
Oooh salam dariku
“Jatuh cintakanlah aku”
Jatuh cintakanlah aku
Kepada dia yang menangisi dosa-dosanya
dia yang selalu memanjangkan
sujudnya
dia yang menundukkan
pandangannya
Jatuh cintakanlah aku
kepada dia yang
menata hatinya untuk-mu
kepada dia…
Yang bersandar diujung senja
Yang bersiul halus oleh kalam dewa
Yang menemani malaikat disinggasana
Dia-lah…
Yang kurindukan bagai Bara api
Yang ku tasbihkan tiapSiang dan malam hari
Rindu dan cinta ini seperti aku dan kamu
Seperti mendung menutupi mentari
sedangkan kita berada dibawahnya
Panas tak terasa
Sejuk pun berdansa
Jatuh cintakanlah aku
Pada gelap yang sembunyi
Pada kepala yang berisi
Pada perangai yang terpuji
Jatuh cintakanlah aku
Agar cinta berjalan
mulus pada garisnya