Selasa, 19 September 2017

pendidikan persi imam Gazali





A.    Tujuan pendidikan al-Gazali
Didalam dunia pendidikan tujuan merupakan hal yang sangat penting dan perlu diperhatikan oleh para pendidik sebab dari rumusan tujuan inilah akan melahirkan sebuah kurikulum, guru, metode, strategi,pendekatan dan lain sebagainya yang berkaitan dengan dunia pendidikan. Adapun tujuan pendidikan yang digambarkan oleh hujjatul islam imam al-Gazali dapat dijabarkan berdasarkan penelitian mendalam atas pemikiran beliau dimana tujuan pendidikan menurut al-Gazali adalah mencapai kesempurnaan insani yang bermuara pada pendekatan diri kepada Allah SWT dan kesempurnaan insani yang menyebabkan kesenangan di dunia dan akhirat.
 Berdasarkan tujuan pendidikan yang dirumuskan oleh imam al-Gazali tersebut tampak sekali bahwa  beliau memandang pendidikan adalah usaha untuk senantiasa meraih kesempurnaan insani atau dengan bahasa lain insanul kamil(manusia yang sempurna) dengan cara mendekatkan diri kepada sang pencipta yang dengannya mampu menghantarkan manusia menuju kesenangan dunia dan akhirat. Al-Gazali bukannya menapikan aspek intelektual namun beliau lebih jauh menggambarkan bahwa begitu pentingnya pungsi ilmu pengetahuan yang merupakan alat untuk meraih kesenangan duniawi dan ukhrawi melalui perantara ilmu. Seseorang yang beramal tanpa ilmu sangat dikecam oleh beliau terbukti dengan kritikkannya kepada ahli sufi yang telah salah mengartikan makna zuhud atau kepada ahli kebatinan(batiniyah) yang sangat taat secara berlebihan kepada syaikh mereka tanpa mengetahui syari’at yang luas dalam melaukan ibadah.
Berdasarkan hal tersebut al-Gazali termasuk ulama’ sekaligus ilmuan yang sangat menganggap penting peran ilmu karena hanya dengan ilmu lah seorang insan mampu menjadi pribadi yang jauh lebih berakhlak,sopan dan bermanfaat. Oleh karena itu, menguasai ilmu pengetahuan merupakan hal yang sangat penting menurut beliau dan merupakan tujuan pendidikan karena mengingat ke;ezatan yang terkandung didalam ilmu pengetahuan tersebut, beliau berkata: “apabila anda melihat kepada ilmu maka tampak oleh anda bahwa ilmu itu sendiri adalah lezat dan oleh karena itu pula maka ilmu itu selalu dicari. Anda juga akan mengetahui bahwa ilmu merupakan jalan yang mengantarkan anda kepada kebahagiaan di negeri akhirat, sebagai medium untuk taqarrub kepada Allah, dimana tak satu pun sampai kepadanya tanpa ilmu, tingkat mulia bagi seseorang manusia adalah kebahagiaan yang abadi, diantara wujud yang paling sempurna adalah wujud yang menjadi perantara kebahagiaan, tetapi kebahagiaan itu tidak mungkin dicapai dan diraih kecuali dengan ilmu dan amal, dan amal tidak mungkin dicapai kecuali jika ilmu tentang cara beramal dikuasai.
Dengan demikian, maka modal kebahagiaan di dunia dan di akhirat itu tidak lain adalah ilmu. Kalau demikian, maka ilmu adalah amal yang  utama.
B.     Materi pendidikan
Sebagai pemikir islam yang sangat berpengaruh dimasanya, imam al-Gazali sangat banyak memberikan kontribusi didalam kehidupan beragama begitu juga dalam dunia pendidikan. Sebagaimana yang telah disebutkan diawal bahwa al-Gazali sangat menekankan ilmu dan akhlak didalam dunia pendidikan dalam arti bahwa keilmuan seseorang haruslah tercermin didalam tata cara dia berucap,bertindak serta bergaul semasa hidupnya, sehingga beliau berkata:”barang siapa yang dapat istiqamah, berakhlak mulia dan bergaul dengan santun maka ia adalah seorang sufi”. Oleh karena itu, tujuan pendidikan yang digagas oleh hujjatul islam tersebut tidak mungkin bisa tercapai bila tidak ada teori atau isi atau materi yang mengantarkan manusia menuju pemahaman tentang tujuan tersebut. Untuk itu materi pendidikan imam al-Gazali sebagaimana yang beliau tuliskan didalam kitab ayyuha al-Walad (wahai anak-anak) antara lain :
1.         Ilmu
Inti ilmu adalah pengetahuan yang membuat seseorang faham akan makna ketaatan dan ibadah. Sebab ketaatan dan ibadah yang dilakukan oleh seorang hamba haruslah sesuai dengan tuntunan syari’ah. Maksudnya adalah seseorang ketika berucap dan bertindak mestinya harus berlandaskan syari’ah. Al-Gazali mencontohkan bahwa seseorang yang shalat menggunakan pakain dari usaha yang haram seperti mencuri atau menipu, meskipun tindakan tersebut terlihat ibadah namun perbuatan itu adalah dosa. Inilah yang beliau maksudkan bahwa seluruh perbuatan dan ucapan manusia hendaknya dilandaskan kepada syariat.
2.         Tasawuf
Menurut al-Gazali tasawuf memiliki dua karakteristik yaitu istiqamah dan sakinah(tenang). Istiqamah adalah kesediaan seseorang untuk mengorbankan kepentingan dirinya. Sakinah (ketenangan) adalah perasaan yang meliputi kesenangan,kenyamanan,ketentraman dan ketertundukan pada sang pencipta perasaan tersebut.
3.         Ubudiyah dan Tawakkal, Ikhlas dan Riya’
Al-Gazali membagi Ubudiyah menjadi tiga bagian. Pertama menjaga perintah syariah. Kedua, rela dengan qadla dan qadar, ridla dengan pembagian Allah. Ketiga, meninggalkan ridla diri dalam rangka mencari ridla Allah.
Al-Gazali mengartikan Tawakkal yaitu upaya untuk meneguhkan keyakinan kepada Allah SWT sehubungan dengan segala yang dijanjikan-Nya. Maksudnya ialah engkau yakin bahwa apa yang telah ditetapkan Allah untukmu pasti akan sampai kepadamu, meskipun semua orang dijagat raya ini berusaha untuk memalingkannya darimu dan sebaliknya semua yang ditetapkan oleh Allah yang bukan untukmu pasti tidak akan pernah kau dapatkan meskipun semua orang dijagat raya ini berlomba-lomba untuk menolongmu.
Sementara dalam hal ikhlas al-Gazali berpendapat bahwa ikhlas adalah menjadikan semua amal-Mu untuk Allah SWT, tidak merasa gembira dengan pujian manusia dan tidak peduli dengan celaan manusia. Sedangkan riya’ dalam pandangan imam al-Gazali dapat timbul dan hadir disebabkan karena pengagungan terhadap manusia. Cara menghilangkannya adalah sebagaimana yang beliau katakan dalam kitabnya ayyuhal walad yaitu menghadirkan keyakinan didalam hati bahwa semua manusia di jagat raya ini pada hakikatnya tunduk dan patuh kepada Zat yang maha agung yaitu Allah SWT atau dengan meyakini bahwa manusia dan makhluk lainnya merupakan benda mati yang tidak pernah bisa memberikan kemudahan atau kesusahan. Namun, selama kau menganggap mereka mempunyai kekuasaan dan kehendak, maka kau tidak akan pernah mampu untuk berpaling dari sifat riya’.
4.         Delapan nasihat al-Gazali
Al-Gazali sebagai ulama’ yang mempunyai karisma dan kedudukan tinggi di mata ummat pada masanya, tidak pernah berhenti memberikan nasihat-nasihat kepada ummat pada saat itu, namun diantara nasihat-nasihat imam al-Gazali setidaknya ada delapan nasihat yang sangat terpopuler pada saat itu, empat dari delapan nasihat tersebut hendaknya dikerjakan dan empat nasihat yang lainnya hendaklah ditinggalkan. Untuk empat nasihat yang harus dikerjakan tersebut sebagai berikut:
Nasihat pertama, hendaklah bagi seseorang untuk menjadikan hubungannya dengan Allah sedekat mungkin sehingga akan timbul rasa senang, lapang dada dan sabar.
Nasihat kedua, apapun yang diperbuat oleh seseorang kepada masyarakat , maka jadikanlah sebagaimana yang ia sukai untuk dirinya sendiri. Sebab tidak dianggap sempurna iman seseorang sebelum ia mencintai masyarakat sebagaimana ia mencintai untuk dirinya sendiri. Pendapat beliau ini didasari dari hadis Rasulullah SAW yang berbunyi:
حديث أنس رضي الله عنه عن النّبي صلّى الله عليه وسلّم قال:" لا يوْمن أحدكم حتّى يحبّ لأخيه ما يحبّ لنفسه" متفق عليه.
Artinya: Annas r,a. Berkata: Rasulullah SAW bersabda: tidak sempurna iman seseorang sehingga ia suka untuk saudarannya (sesama muslim) apa yang ia suka untuk dirinya sendiri.(HR, Bukhari, Muslim).
Nasihat ketiga, apabila seseorang membaca dan mempelajari ilmu, hendaknya ilmu itu dapat memperbaiki hatinya dan menyucikan jiwanya.
Nasihat keempat, nasihat terakhir Al-Gazali yang berkaitan dengan hal-hal yang harus dikerjakan adalah tidak menyimpan kebutuhan hidupnya melebihi kebutuhan satu tahun sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW, berkaitan dengan hal ini Rasulullah SAW pernah berdoa” ya Allah, jadikanlah (persediaan) makanan keluarga muhammad (ku) secukupnya. Persediaan makanan selama setahun ini tidak beliau berikan kepada semua istrinya, tetapi hanya untuk mereka yang berhati lemah, sedangkan untuk istri beliau yang mempunyai keyakinan teguh, beliau hanya menyediakan makanan untuk satu hari saja bahkan hanya untuk setengah hari.
Sedangkan empat nasihat Al-Gazali yang harus dihindari oleh manusia ialah sebagai berikut:
Nasihat pertama, imam Al-Gazali melarang agar tidak berdebat, karena berdebat baginya memuat berbagai bencana, dosanya lebih besar dari manfaatnya, merupakan sumber segala perilaku tercela, seperti riya’, dengki(hasad), sombong, dendam, permusuhan, bermulut besar dan lain sebagainya. Al-Gazali memberikan solusi kepada seseorang yang hendak menunjukkan kebenaran dengan jalan berdebat dengan syarat-syarat tertentu (1) Tidak membeda-bedakan, apakah kebenaran itu lewat hasil pemikiran orang itu atau orang kelompok lain. (2) sebaiknya debat dilakukan secara tertutup, bukan dihadapan khalayak ramai (3) tujuan berdebat untuk mencari kebenaran bukan ajang untuk saling menjatuhkan satu sama lain atau bahkan bukan ajang untuk memamerkan ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang.
Nasihat kedua, Al-Gazali melarang memberi peringatan kepada masyarakat, karena didalamnya terkandung banyak bencana kecuali apabila orang yang memberikan nasihat tersebut sudah mengamalkannya. Menurut Al-Gazali apabila seseorang dipercaya untuk memberiakn nasihat hendaknya ia memperhatikan hal-hal sebagai berikut: (1) menghindari pembicaraan yang dibuat-buat, apalagi sampai-sampai mengarang hadis Rasulullah SAW, yang demikian itu merupakan perkara yang sangat besar ganjarannya , sesuai dengan hadis Rasulullah Saw yang berbunyi:
حديث عليّ قال: قال النّبي صلى الله عليه وسلم: ( لا تكذب عليّ, فإنّ من كذب عليّ فليلج النّار) متفق عليه.
Artinya: Ali R.a. berkata: Nabi muhammad saw bersabda: kalian jangan berdusta atas namaku, maka sesungguhnya siapa yang berdusta atas namaku pasti masuk neraka. (HR. Bukhari, Muslim).
حديث أنس قال إنّه ليمنعني أن أحدّثكم حديثا كثيرا أنّ النّبيّ صلى الله عليه وسلم قال: من تعمد عليّ كذبا فليتبوّأ مقعده من النّار. متفق عليه.
Artinya : Anas R.a. berkata: sesungguhnya yang menahan diriku memperbanyak riwayat hadis kepadamu adalah karena nabi Muhammad Saw pernah bersabda: siapa yang berdusta atas namaku, maka ia menyiapkan tempatnya dalam neraka.(HR. Bukhari, Muslim).
حديث المغيرة قال: سمعت النّبيّ صلى الله عليه وسلم يقول: إنّ كذبا عليّ ليس ككذب على أحد, من كذب عليّ متعمّدا فاليتبوّأ مقعده من النّار. متفق عليه.
Artinya : Al-Mughirah berkata: aku telah mendengar Rasulullah Saw bersabda: Sesungguhnya berdusta kepada siapapun, tidak sama dengan berdusta atas namaku, siapa yang dengan sengaja berdusta atas namaku maka hendaknya ia menyiapkan tempatnya di neraka(HR. Bukhari, Muslim). (2) hendaknya bagi orang yang dipercayai untuk memberikan nasihat agar ia menjaga niatnya dari riya’, sebab yang demikian itu bukan menghasilkan pahala melainkan dosa yang besar. Untuk itu al-Gazali menganggap bahwa hakikat orang yang memberi nasihat ialah mengingatkan jama’ahnya untuk selalu mengingat negri akhirat, berlaku sabar,adil dan sopan guna untuk mencapai kesenangan di dunia dan akhirat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bangsal Menggawe; sebuah catatan pribadi #4

Sudah cukup lama saya tidak lagi menggeluti sepak bola. Terakhir, seingatku, dua tahun berturut-turut menjadi juara ke tiga tingkat kecama...