Senin, 18 September 2017

menela'ah pemikiran John Louis Esposito t



 

A.    Biografi dan awal ketertarikan John Louis Esposito terhadap Islam

Nama lengkapnya adalah John Louis Esposito, atau biasa disebut John Esposito. Ia adalah Profesor kajian-kajian keislaman Georgetown University, ia dikenal sebagai seorang pengamat Islam atau “Islamisis”- sebagai pembedaan dengan orientalis- terkemuka Amerika Serikat, Esposito juga dikenal sebagai salah seorang cendekiawan yang sangat aktif menyuarakan dialog antarumat beragama, terutama antara Islam dan Kristen. Ia juga dikenal sebagai penulis yang sangat produktif sekaligus kritis dan telah melahirkan puluhan karya baik dalam bentuk buku, ratusan artikel, penelitian tentang Islam yang menjadi referensi penting bagi sarjana muslim dan Barat pada umumnya.

John Louis Esposito, lahir pada 19 Mei 1940 di Broklyn, New York City. Dia merupakan seorang beragama Katolik Roma yang taat. Dan ia menghabiskan sekitar 10 tahun untuk belajar di biara katolik, setelah ia mendapatkan gelar pertamanya ia bekerja sebagai sebagai konsultan manager dan guru pada sekolah setingkat SMA. Baru kemudian ia meneruskan studi nya dan mendapatkan gelar master dalam bidang theologi pada St. John’s University. Ia juga mendapatkan PhD pada 1974 di Temple University, Pennsylvania. Dalam kajian Islam ia mendapatkan gelar postdoctoral di Harvard dan Oxford.[1]

Esposito tertarik dengan dunia islam bermula pada saat ia masih belajar filsafat dan theologi. Berawal dari sikap penasarannya terhadap segala hal yang menyangkut mengenai Arab seperti bahasa, budaya dan politik. Sehingga menyebabkan dirinya untuk belajar di sebuah institusi kajian Timur Tengah yang bernama Middle East Center for Arab Studies di Shemlan, Libanon. Disinilah Ia pertama kali bersinggungan dengan dunia Islam dan mempelajari mengenai keislaman (Islamic Studies). Dan mengantarkan dirinya sampai sekarang ini.

Pemikiran Esposito disinyalir terpengaruh oleh pemikiran Tariq Ramadan, pada saat Esposito menjelaskan mengenai muslim di Amerika dan Eropa. Dalam pembahasan tersebut Esposito banyak mengutip pemikiran Tariq Ramadan. Mungkin karena karya-karyanya yang menitik beratkan pada keadaan muslim di Barat, seperti “Menjadi Modern Bersama Islam”.

Tariq Ramadan adalah pengajar filsafat di College of Geneva dan pakar Islamic Studies di Fribourg University. Pelbagai tulisan dan kuliahnya menjadi sumbangan basar bagi perdebatan mengenai hubungan Islam dan Barat dalam dunia modern dewasa ini. Perhatiannya kepada persoalan eksistensi minoritas muslim di Barat menjadikan cucu Hasan Al-Banna ini sangat kompeten dalam membicarakan pluralisme agama dan dialog antar peradaban.[2]

Selanjutnya, Esposito memulai karir mengajar pada mata kuliah Religius Studie di College of The Holly Cross. Selain sibuk dengan aktifitas mengajar, Esposito juga seorang cendekiawan yang mempunyai banyak karya dan sering diterjemahkan ke bahasa lain, Esposito kemudian terpilih sebagai presiden Middle East Studies Association Of North America (MESA) pada tahun 1988, kemudian Esposito pindah ke Georgetown University dan menjabat sebagai guru besar pada bidang kajian Islam dan hubungan internasional, sekaligus menjabat sebagai Direktur Center for Muslim-Christian Understunding History and International Affairs.

Dari beberapa karya Esposito yang beredar, tampak bahwa penelitian intelektual Esposito ke dunia Islam dan realitas Muslim di dalamnya telah sampai pada kesimpulan bahwa Islam tidak hanya satu. Karena itu, Esposito tidak hanya menerima begitu saja antara Islam dengan terorisme atau fundamentalisme. Di dalam buku Esposito yang berjudulIslam: The Straight Path dalam edisi Indonesia diterbitkan dengan judulIslam Warna-Warni. Esposito menggambarkan Islam yang berawal dari sosok seorang Nabi yang jujur dan sederhana Yaitu yang bernama Muhammad telah berkembang jauh menjadi agama nomor kedua dunia dan mempunyai kekuatan yang tidak dapat diremehkan.

Selain itu, Esposito juga telah menyusun Ensiklopedi Islam yang berjudulThe Oxford Encyclopedia of The Modern Islamic World sebanyak 4 volume yang terbit tahun 1995. Dalam ensiklopedi ini, Esposito berusaha menggambarkan dunia Islam secara keseluruhan, ensiklopedi ini dibuat secara detail, sehingga mampu menunjukkan kekomperehensifan masalah-masalah penting di dunia Islam modern.

Menurutnya, Kenyataan yang terjadi bahwa dunia ini semakin mengglobal. Sehingga, tidak lagi memungkinkan untuk memahami Islam secara parsial. Ditambah  lagi dunia globalisasi ini mendorong setiap kelompok manusia untuk hidup saling ketergantungan. Dalam bukunyaIslam Warna-warni terdapat ayat-ayat suci Al-Quran yang dikutip secara kontekstual olehnya, menurut Esposito bahwa terorisme hanya sebagian kecil dari sejarah peradaban Islam yang panjang. Yang terbesar dari Islam adalah sumbangan Islam bagi peradaban dunia.[3]

Adapun pandangan barat terhadap Islam digambarkan sebagai ancaman lipat tiga: ancaman politik, ancaman peradaban, dan ancaman demografi.[4] Ketiga ancaman itu selalu menghantui gerak-gerik Barat (yang seringkali diwakili oleh Amerika serikat) dalam menjalankan politik luar negerinya. Barat menganggap Islam sebagai tradisi dan umat beragama yang agresif, bermusuhan dan anti Amerika. Kekhawatiran pada tahun 1980-an bahwa Iran akan mengekspor revolusinya kini telah dikalahkan oleh ketakutan yang lebih dalam, yakni terbentuknya gerakan Pan-Islam Internasional dengan Iran dan sudan sebagai intinya.

Peringatan dari penulis Perancis, Raymond Aron tentang bahaya “Gelombang Islam Revolusioner” karena fanatismenya kepada nabi, dan juga sikap prihatin (mantan) Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Cyrus Vance, mengenai kemungkinan pecahnya perang Islamversus Barat, kini telah digantikan oleh opini Charles Krauthammer yang menyatakan bahwa ancaman Islam global dilakukan oleh kaum “fundamentalis pro Khomeini” yang dipimpin Iran. Inilah yang dianggap sebagai ancaman terhadap Barat secara politis

B.     Islam Dan Politik

Menurut Jihn Esposito islam merupakan suatu agama yang mempunyai peranan yang cukup besar dalam permasalahan politik di awal-awal perkembangannya, hal tersebut bisa ditemukan dari sejarah-sejarah yang menjelaskan tentang kebangkitan islam era kenabian Muhammad dan sahabat-sahabat sesudah Nabi. Islam sebagai sebuah agama dapat mengendalikan kekuasaan politik, Islam memberikan motivasi yang sangat kuat bagi kesatuan suku-suku arab,selain itu Islam juga memberikan penjelasan kepada dunia mengenai gagasan dan pengertian tentang kehidupan pribadi dan kehidupan bermasyarakat.

Hal tersebut memperlihatkan bahwa islam adalah agama yang komperhensif, yang didalamnya terdapat sistem politik, ketatanegaraan,ekonomi dan sosialdan lain sebagainya.

Dalam perkembangannya pola pembangunan bangsa modern dalam dunia Islam memperlihatkan tiga orientasi yang umum mengenai sistem pemerintahan yang diterapkan dalam wilayah-wilayah negara muslim,adapun bentuk-bentuk tersebut adalah nega sekuler, negara berasaskan Islam, dan negara Muslim

Pada pertengahan abad ke20, sebagian besar dunia Islam telah mencapay kemerdekaan politik. Jika seseorang memandang dunia Islam, maka ada tiga arah atau
Saudi Arabia memproklamasikan diri sebagai negara Islam. Monarki istana saud mendasarkan legetimasinya pada Islam. Istana saud telah membangun hubungan yang erat dengan para ulama, Pemerintah saudi menggunakan Islam untuk melegetimasi politik dalam negeri maupun luar negeri.
Turki satu satunya peninggalan kerajaan usmaniyah yang ada, telah memilih negara sekuler yang membatasi agama hanya untuk kehidupan pribadi. Turki, di bawah kepemimpinan Kemal Ataturl (1923-38) melakukan proses Turkifikasi dan Westernisasi yang komperhensif, dan juga sekularisasi.
Walaupun demikian sebagian negara Islam di dunia Islammengambil posisi tengah. Mereka adalah negara-negara muslim dalam arti bahwa mayoritas penduduk dan peninggalanya adalah muslim. Namun mereka mengikuti jalan pembangunan sekuler, sebagian besar meilihat kebarat untuk mencari basis bagi sistem pemerintahan konstitusional, hukum dan pendidikan modern, sementara itu mereka juga memasukan peraturan Islam kedalam undang-undang mereka, yang menuntut agar kepala negara adalah orang yang beragama Islam dan hukum islam harus diakui sebagai sumber hukum.[5]

Jhon esposito berpandangan bahwa sebenarnya Islam adalah agama dan negara. Artinya hubungan Islam dan negara itu terjalin dalam hubungan yang integral. Karena Islam mengatur berbagai norma dalam dunia pilitik. Pendapatnya ini dirujuk pada sejarah Rasulullah SAW pada saat pertamakali Islam disebarkan.

Dia melihat sosok Rasulullah SAW sebagai figur yang multi peranan. Rasulullah tidak hanya seorang nabi yang mengemban risalah dari Allah, tetapi lebih besar dari pada itu, dia adalah seorang kepala negara,panglima pasukan, hakim agung, pembentuk hukum. Wewenangnya dan kemestian menerima itu berdasarkan misi kenabiannya dan perintah Al-Quran itu sendiri.[6]

C.    Fungsi Politik Islam Dewasa Ini
Menurut Michael C Hudson  dua manifestasi politik, pertama Islam sebagai pelaku dan organisasi dalam proses politik yang pengaruhnya untuk sebagian besar terambil dari misi keislamannya dan tujuan formalnya adalah melaksanakan ajaran islam di bidang agama, hukum, dan poltik.
Kedua, Islam dipandang sebagai Ideologi Politik, yaitu simbol-simbol dan nilai–nilai yang ada hubunganya dengan urusan umum yang mempunyai kepentingannya karena asal-usulnya atau hubungannya dengan teologi dan filsafsat islam.

D.    Kondisi Islam pasca peristiwa WTC

Esposito dengan salah satu pemikirannya mengenai dunia Islam adalah pada saat  pasca tragedi WTC.  Islam dan teroris mendadak populer di Barat. Terlebih lagi di Amerika Serikat. Perang yang dikobarkan oleh Amerika di beberapa negara muslim, dianggap masyarakat dunia sebagai perang antara Amerika dengan dunia Islam. Seiring dengan itu, serangan teroris dan tindak kekerasan menjadi sering terjadi. masyarakat sipil  menjadi korban terorisme baik itu yang mengatasnamakan agama atau tidak.

Selain itu, masyarakat dunia pun tak henti-hentinya disuguhi analisis dan paparan opini dari para pakar dan cendikiawan yang menyebut dirinya ‘pengamat terorisme’ yang mempersalahkan ajaran agama Islam atas terjadinya aksi terorisme ini. Bahkan, nyaris seperempat orang Amerika, 22% mengatakan bahwa mereka tidak ingin punya tetangga Muslim (Gallup Poll News Service), isu Islam sebagai teroris ini dijadikan alasan dengan adanya aksi bakar al-Qur’an yang dimotori oleh mereka yang mengaku sebagai tokoh agamawan di negeri Paman Sam itu.

Bersamaan dengan itu, kelompok-kelompok (jamaah) Muslim ekstrem yang diberi label oleh Barat dan Amerika sebagai teroris terus menyebarkan pesan ke seluruh dunia yang mencap Barat sebagai musuh Islam, Di tengah retorika kebencian dan bertambahnya kekerasan yang mengejawantah baik dalam bentuk anti-Amerika di dunia Muslim maupun (Islamophobia) di Barat, diskriminasi atau kebencian terhadap Islam atau Muslim menjadi berkembang luas. Sehingga, opini yang disebarkan oleh kaum fobia-Islam serta aksi kelompok yang sebenarnya minoritas dari sekian miliar penduduk muslim dunia ini akhirnya mampu membuat citra Islam yang sebenarnya rahmatan lil alamin menjadi sebaliknya di mata dunia.

Dengan beberapa alasan tersebut Esposito muncul sebagai juru bicara Muslim di Barat. Sebenarnya Esposito tidak sendirian, masih ada tokoh-tokoh seperti Karen Armstrong dan Annemarie Schimmel. Dalam bukuWhat Everyone Needs to Know About Islam, Esposito mencoba menjelaskan banyak hal tentang Islam yang sering masih tidak terlalu dipahami dengan baik oleh Barat seperti tentang keyakinan dan pribadatan orang Muslim, hubungan Islam dengan agama lain, budaya umat Islam, tentang terorisme dan kekerasan, politik Islam, hingga bagaimana keadaan umat Islam di Barat.

Pokok pemikiran dari Esposito adalah bagaimana ia melihat Islam yang begitu beragam coba ia kemukakan kepada hadapan masyarakat barat, ia coba menjelaskan dinamika yang melingkupi keragaman wajah islam di beberapa tempat sebut saja Afrika Utara, Timur Tengah dan Asia Tenggara, setiap Islam yang ada mempunyai bentuk yang memperlihatkan ciri khasnya tersendiri. Terdapat Islam Tradisonal, Islam pembaruan, Islam Fundamentalis, dll. Ia mencoba mengatakan pada masyarakat barat bahwa Islam bukanlah Agama yang keras dan kaku, melainkan Islam sendiri begitu berwarna dan semuanya sedang berproses untuk melakukan rekonstruksi terhadap sistemnya.

Islam yang mempunyai bentuk ekstremisme malah kebanyakan merugikan pihak muslim sendiri, karena pihak barat  akan semakin destruktif bagi masyarakat muslim, karena Islam akan terlihat sebagai agama yang mengancam kedamaian dan hanya akan menambahkan fobia terhadap masyarakat barat.[7] Realitas sejarah yang menyertai masa awal Islam hingga sekarang ini Ia akui bahwa Islam tetap berada pada aqidah Islam. Ia tambahkan bahwa Islam memberikan doktrin dalam lingkup kehidupan pribadi dan sosial. Hal ini terlihat pada masa kekhalifahan Islam yang menjadikan Aqidah Islam sebagai dasar dari segala aspek masyarakat. Sehingga mendorong pada kejayaan Islam pada masa tersebut.

Namun lambat laun, perselisihan muncul berasal dari Pemahaman yang berbeda-beda dalam menginterpretasikan ayat-ayat Al-Qur’an dan Sunnah Nabi SAW. Menciptakan dinamika yang beragam, hal ini juga dipengaruhi realitas kemasyarakatan Islam yang sering melegitimasi Ayat-Ayat Al-Qur’an untuk membenarkan klaim kebenaran suatu kelompok.

E.     Kritik John. L. Esposito terhadap pemahaman Barat terhadap Islam
1.      Pemahaman Barat mengenai fundamentalis yang dianggap sebagai penghalang tersebarnya demokrasi di negara belahan dunia cenderung disamaratakan, sehingga mengaburkan fakta bahwa banyak juga yang berpendidikan modern, yang memegang posisi profesional menentukan, dan ikut serta dalam proses demokrasi.
2.      Keragaman, banyak wajah kebangkitan Islam kontemporer, cenderung digolongkan monolit, “fundamentalisme Islam”, yang disamakan dengan kekerasan dan ekstremisme atau fanatisme keagamaan, dengan teokrasi pimpinan mullah atau gerilya kecil yang radikal.
3.      Disorotnya “fundamentalisme Islam” sebagai ancaman global, semakin memperkuat kecenderungan untuk menyamakan kekerasan dengan Islam, kecenderungan untuk tidak dapat membedakan mana penggunaan agama yang tak sah oleh individu dan mana keyakinan dan praktik mayoritas kaum muslim dunia yang seperti orang yang meyakini tradisi keagamaan lainnya, ingin hidup damai. Menyamakan begitu saja Islam dan fundamentalisme Islam dengan ekstremisme, berarti menilai Islam hanya berdasarkan mereka yang melakukan kerusakan, suatu standar yang tidak diberlakukan pada Yudaisme dan Kristianitas
4.      Kebijakan luar negeri (Amerika Serikat) terlalu dipengaruhi kepentingan diktator sekular dan agama serta kelompok-kelompok ekstremis (gerakan sosial, pasukan militer dan keamanan, serta milisi) yang coba memaksakan kehendak mereka melalui penindasan, kekerasan dan terorisme.[8]
5.      Gerakan-gerakan Islam (yang dianggap memusuhi Barat) sering motivasinya adalah keberatan terhadap kebijakan tertentu Barat ketimbang motivasinya adalah permusuhan peradaban.[9]

 

 

 

 

 

 

 


Daftar Pustaka

John L Esposito, Identitas Islam Pada Perubahan Sosial-Politik, terj, A Rahman Zainuddin (Jakarta : Bulan Bintang, 1986)
John L. Esposito. Islam dan Politik, terj. Joesoef sou’yb (Jakarta, Bulan Bintang, 1990)
John L. Esposito, Ancaman Islam Mitos Atau Realitas? (The Islamic Threat: Myth Or Reality?), Mizan, Bandung (1994)
Tariq Ramadan, Menjadi Modern Bersama Islam, (Jakarta: Teraju, 2003), sampul belakang. 
John L. Esposito. Islam Warna-Warni, terj. Arif Maftuhin (Jakarta, Paramadina, 2004).
John L. Esposito, Ancaman Islam; Mitos atau Realitas?, (Bandung : Mizan, cet. III, 1996).
John L. Esposito, Masa Depan Islam, terj. Eva Y. Nukman dan Edi Wahyu SM. (Bandung: Mizan. 2010)


[1]John L. Esposito, Ancaman Islam Mitos Atau Realitas? (The Islamic Threat: Myth Or Reality?), Mizan, Bandung (1994) hal. 46
[2]Tariq Ramadan, Menjadi Modern Bersama Islam, (Jakarta: Teraju, 2003), sampul belakang. 
[3] John L. Esposito. Islam Warna-Warni, terj. Arif Maftuhin (Jakarta, Paramadina, 2004). hlm. 11
[4]John L. Esposito, Ancaman Islam; Mitos atau Realitas?.hlm.195
[5]Ibid. hlm.195
[6] John L Esposito, Islam dan Politik, hlm.7
[7] John L. Esposito, Masa Depan Islam, terj. Eva Y. Nukman dan Edi Wahyu SM. (Bandung: Mizan. 2010) hal : 155
[8] John L. Esposito, Ancaman Islam; Mitos atau Realitas?.hlm.249.
[9] John L. Esposito, Masa Depan Islam,.hlm.294.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bangsal Menggawe; sebuah catatan pribadi #4

Sudah cukup lama saya tidak lagi menggeluti sepak bola. Terakhir, seingatku, dua tahun berturut-turut menjadi juara ke tiga tingkat kecama...