Senin, 08 Oktober 2018

program "Midang Hijau


Berawal dari kegusaran Fathurrahim ketika melihat kondisi halaman mushola darul huda yang sedikit tidak terurus. Tumpukan sampah berserakan, seperti tidak layak menjadi taman mushola yang digunakan untuk beribadah sehari-hari. Dari kegusuran itu, dia kemudian berinisiatif untuk membersihkan halaman mushola itu dan akan berkegiatan disana. Fat – nama panggilan sehari-harinya- awalnya, hanya mengajak kawan-kawan sanggar untuk bersih-bersih saja, belum terpikirkan akan membuat taman atau tempat belajar bertani. Sesudah halaman bersih, dia membaca potensi lahan yang cukup luas jika digunakan untuk belajar. Kemudian dia mengajak kawan-kawan sanggar belajar untuk menseriusi idenya itu dengan membuat program “midang hijau”. Midang hijau itu sendiri adalah program yang berusaha mengedukasi kawan-kawan sanggar secara khususnya, dan masyarakat midang secara umumnya akan pentingnya memanfaatkan pekarangan rumah untuk dijadikan lahan bertani. Saat ditanya apa tujuan dari program ini, Fathur menjawab:

“saya berharap dengan adanya program ini masyarakat bisa memanfaatkan sedikit pekarangan rumahnya untuk bercocok tanam dengan cara yang sederhana. Saya juga berfikir bahwa teman-teman ini mesti berkegiatan, mesti berlatih untuk mengasah skil yang di milikinya. yang menarik itu sebenarnya ada pada prosesnya, dengan adanya program ini, kita bisa melakukan penilaian terhadap setiap anggota sanggar, dari aspek ke aktifan, inisiatif, kerjasama. Dan terakhir, saya ingin membuktikan bahwa sanggar tidak sekaku yang orang pikirkan. Sanggar proaktif dan produktif, bisa menjadi motor berbagai program sosial, pendidikan, kesenian, dll”.

Sudah dua minggu program midang hijau telah berjalan. Mulai dari membersihkan halaman, belajar membuat pupuk, pembuatan meja, sampai dengan pembuatan pagar yang berguna untuk menghalangi ayam masuk ke taman. Yang menarik dari proses pembuatan pagar ini ialah ikut andilnya sebagian masyarakat dan mengapresiasi ide dari kawan-kawan sanggar ini. Pak Muhammad selaku ketua RT 2 mengatakan, dirinya telah lama menunggu program kreatif semacam ini. Menariknya juga, proses pembuatan pupuk itu dibimbing langsung oleh bayu. Bayu adalah pemuda yang menekuni hampir semua profesi. Dia bisa bertani, beternak, berbisnis dan menjadi dosen. Cukup besar andil pemuda kelahiran gunung sari ini.

Tidak sampai disitu, ketika kawan-kawan sanggar bersilaturahmi ke kediamannya prof husni muadz yang akrab dipanggil abah husni-inisiator dan pendiri sekolah perjumpaan- setelah mendengar keinginan dari kawan-kawan sanggar, prof husni memberikan kayu ramuan. Disamping bisa dijadikan sebagai wadah menaruh tanaman, kayu itu rencananya juga akan dijadikan meja bundar tempat kawan-kawan berdiskusi. Guru besar unram itu memang dikenal selalu terbuka kepada siapa saja. Semenjak kawan-kawan sanggar aktif dalam program sekolah perjumpaan, hubungan emosional kawan-kawan sanggar dengan pendiri sekolah perjumpaan itu seperti hubungan ayah dan anaknya. Sekali seminggu kawan-kawan sanggar menikmati kopi dikediaman beliau sembari meneguk ilmu beliau. Tidak main-main, beliau tahan meladeni mahasiswa sampai subuh. Jarang sekali kita jumpai tokoh seterbuka itu.

Hari minggu 7 oktober 2018, hari pertama proses menanam bibit cabai, terong, dan sayur-sayuran lainnya berjumlah sekitar 52 biji. Bibit-bibit ini kawan-kawan sanggar peroleh dari mantan kepala desa Midang, pak ahmadi. Beliau memberikan itu sebagai bentuk apresiasi kepada pemuda yang menaruh perhatian kepada sektor pertanian sekalipun sederhana. Pak ahmadi, sekalipun kesehariannya sibuk mengurus masyarakat, beliau tetap bertani dihalaman rumahnya. Tentunya masih akan datang bibit-bibit yang lain.“Setelah menanam, kini tinggal menyiram dan menjaga” ujar si roni yang dari awal aktif mengawal program ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bangsal Menggawe; sebuah catatan pribadi #4

Sudah cukup lama saya tidak lagi menggeluti sepak bola. Terakhir, seingatku, dua tahun berturut-turut menjadi juara ke tiga tingkat kecama...