program "Midang Hijau
Berawal dari kegusaran Fathurrahim ketika melihat kondisi halaman
mushola darul huda yang sedikit tidak terurus. Tumpukan sampah berserakan,
seperti tidak layak menjadi taman mushola yang digunakan untuk beribadah
sehari-hari. Dari kegusuran itu, dia kemudian berinisiatif untuk membersihkan
halaman mushola itu dan akan berkegiatan disana. Fat – nama panggilan
sehari-harinya- awalnya, hanya mengajak kawan-kawan sanggar untuk bersih-bersih
saja, belum terpikirkan akan membuat taman atau tempat belajar bertani. Sesudah
halaman bersih, dia membaca potensi lahan yang cukup luas jika digunakan untuk
belajar. Kemudian dia mengajak kawan-kawan sanggar belajar untuk menseriusi
idenya itu dengan membuat program “midang hijau”. Midang hijau itu sendiri
adalah program yang berusaha mengedukasi kawan-kawan sanggar secara khususnya, dan
masyarakat midang secara umumnya akan pentingnya memanfaatkan pekarangan rumah untuk
dijadikan lahan bertani. Saat ditanya apa tujuan dari program ini, Fathur
menjawab:
“saya berharap dengan adanya program ini masyarakat bisa
memanfaatkan sedikit pekarangan rumahnya untuk bercocok tanam dengan cara yang
sederhana. Saya juga berfikir bahwa teman-teman ini mesti berkegiatan, mesti
berlatih untuk mengasah skil yang di milikinya. yang menarik itu sebenarnya ada
pada prosesnya, dengan adanya program ini, kita bisa melakukan penilaian
terhadap setiap anggota sanggar, dari aspek ke aktifan, inisiatif, kerjasama. Dan
terakhir, saya ingin membuktikan bahwa sanggar tidak sekaku yang orang pikirkan.
Sanggar proaktif dan produktif, bisa menjadi motor berbagai program sosial,
pendidikan, kesenian, dll”.
Sudah dua minggu program midang hijau telah berjalan. Mulai dari
membersihkan halaman, belajar membuat pupuk, pembuatan meja, sampai dengan
pembuatan pagar yang berguna untuk menghalangi ayam masuk ke taman. Yang menarik
dari proses pembuatan pagar ini ialah ikut andilnya sebagian masyarakat dan
mengapresiasi ide dari kawan-kawan sanggar ini. Pak Muhammad selaku ketua RT 2 mengatakan,
dirinya telah lama menunggu program kreatif semacam ini. Menariknya juga,
proses pembuatan pupuk itu dibimbing langsung oleh bayu. Bayu adalah pemuda
yang menekuni hampir semua profesi. Dia bisa bertani, beternak, berbisnis dan
menjadi dosen. Cukup besar andil pemuda kelahiran gunung sari ini.
Tidak sampai disitu, ketika kawan-kawan sanggar bersilaturahmi ke kediamannya
prof husni muadz yang akrab dipanggil abah husni-inisiator dan pendiri sekolah
perjumpaan- setelah mendengar keinginan dari kawan-kawan sanggar, prof husni
memberikan kayu ramuan. Disamping bisa dijadikan sebagai wadah menaruh tanaman,
kayu itu rencananya juga akan dijadikan meja bundar tempat kawan-kawan
berdiskusi. Guru besar unram itu memang dikenal selalu terbuka kepada siapa
saja. Semenjak kawan-kawan sanggar aktif dalam program sekolah perjumpaan,
hubungan emosional kawan-kawan sanggar dengan pendiri sekolah perjumpaan itu
seperti hubungan ayah dan anaknya. Sekali seminggu kawan-kawan sanggar
menikmati kopi dikediaman beliau sembari meneguk ilmu beliau. Tidak main-main,
beliau tahan meladeni mahasiswa sampai subuh. Jarang sekali kita jumpai tokoh
seterbuka itu.
Hari minggu 7 oktober 2018, hari pertama proses menanam bibit
cabai, terong, dan sayur-sayuran lainnya berjumlah sekitar 52 biji. Bibit-bibit
ini kawan-kawan sanggar peroleh dari mantan kepala desa Midang, pak ahmadi. Beliau
memberikan itu sebagai bentuk apresiasi kepada pemuda yang menaruh perhatian
kepada sektor pertanian sekalipun sederhana. Pak ahmadi, sekalipun
kesehariannya sibuk mengurus masyarakat, beliau tetap bertani dihalaman
rumahnya. Tentunya masih akan datang bibit-bibit yang lain.“Setelah menanam,
kini tinggal menyiram dan menjaga” ujar si roni yang dari awal aktif mengawal
program ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar