Jumat, 02 November 2018

mengenal sanggar midang


foto dihari idul fitri

Sanggar midang berdiri pada tanggal 1 agustus 2016, keberadaan sanggar ini tidak terlepas dari peran beberapa pemuda yang berada didaerah midang kec. Gunungsari : nawawi, fathurrahman, fathurrahim, samsul arifin dan roni. Berawal dari kegusaran sekumpulan pemuda ini terhadap penomena sosial yang bergelinding di midang, mereka mencoba memecahkan beberapa problem sosial sederhana yang selama ini mereka hadapi. Tersadar akan pentingnya membina generasi penerus yang lebih baik, kawan-kawan sanggar ini kemudian menjadikan anak-anak dan remaja sebagai sasaran dakwah atau  objek yang mesti diarahkan. Selama ini, mungkin saja perspektif terhadap anak-anak hanya sebatas “mereka hanya bisa bermain, menangis, dan habis-habisin uang” hampir tidak ada pandangan kedepan bahwa mereka adalah penerus yang akan menjadi bagian dari masyarakat yang kelak akan mempengaruhi orang lain. Awalnya, sanggar midang ini bernama sanggar belajar dan seni, setelah berjalan beberapa tahun, barulah kemudian ada inisiatif dari kawan – kawan sanggar untuk merubah nama karena mempertimbangkan penyebutan yang terlalu panjang dan terlalu absurd. Beberapa masukan pun datang dari komunitas besar seperti pasir putih pemenang. Ketika kami berkunjung ke pemenang, muhammad sibawaihi yang juga adalah salah satu penggerak penting pasir putih menyarankan bahwa penamaan sanggar belajar & seni itu sebaiknya dirubah menjadi Sanggar midang, lebih simpel dan mudah disebut.
Logo Pertama Sanggar

Sanggar midang adalah komunitas yang bergerak dalam ranah pendidikan yang bertujuan untuk mengedukasi peserta didik dari kalangan anak-anak, pemuda, dan seluruh lapisan masyarakat. Sejauh ini, kawan - kawan sanggar masih belajar . Ada berbagai macam program yang sudah mereka jalani, diantaranya yaitu: magrib mengaji, teras bahasa inggris, sp (sekolah perjumpaan), ngaji tajwid, dan bahasa arab. sejak tahun 2016 sampai tahun ini, sanggar midang sudah berumur dua tahun dan setiap momen hari jadi, sanggar midang selalu merayakannya dengan kegiatan sederhana. tahun lalu, kawan-kawan merayakan hari jadi sanggar dengan menggelar beberapa lomba yang berlokasi di kantor desa midang. beberapa lomba itu antara lain: lomba hafizul Qur'an tingkat anak-anak, mewarnai dan lomba pidato. di bulan agustus kemarin, peringatan hari jadi sanggar dirayakan dengan sangat sederhana yaitu khatmul Qur'an dan sosialisasi program sanggar ke seluruh tokoh yang ada di dusun midang. 


Foto bersama para tokoh midang dihari jadi sanggar

Al-hamdulillah, selama ini, sudah lumayan banyak orang-orang hebat yang berkunjung ke sanggar hanya untuk membagi pengetahuan. ditahun 2017 lalu, seorang seniman perempuan berasal dari polandia bernama marta bisa berkunjung ke sanggar dan membagi ilmu melukis dengan memanfaatkan media daun. berkenalan dengan mis marta tidak terlepas dari peran komunitas pasir putih. pasir putih lah yang menawarkan mis marta main-main ke sanggar dan al-hamdulillah kunjungan bermain itu pun kemudian berakhir dengan kesan yang manis dan bermanfaat. sudah dua kali tamu dari luar negri berkunjung ke sanggar, selain mis marta, ada juga pelajar dari argentina bernama leonardo yang membagi ilmu bahasa inggris ke sanggar. tidak kalah antusias, orang-orang besar dari lombok pun sudah sering bermain dan ngopi di sanggar seperti prof. husni muaz-pendiri sekolah perjumpaan- dan prof. taufik guru besar UIN mataram. 
Hasil menggambar adik-adik setelah diajar oleh mis marta

Semenjak berdiri 1 agustus 2016 sampai sekarang, sanggar midang sudah dua kali mengadakan pemilihan ketua. Adapun ketua pertama yang menahkodai sanggar midang ialah saudara fathurrahman, sekertarisnya samsul arifin. Setelah kepemimpinan fathurrahman usai selama 1 tahun, kursi ketua diserahkan kepada saudara ramli, sekertarisnya saudara guntur akbar. Setelah ramli menyelesaikan amanat yang diberikan padanya, kursi ketua kemudian diberikan kepada saudara guntur akbar, sekertarisnya jihan hidayat.
Kekuatan dari seluruh program yang telah terencana diatas itu bermula dari magrib mengaji. setiap magrib, peserta didik dan kawan – kawan pengurus berkumpul di sanggar untuk belajar mengaji. Selain mengaji, dalam pertemuan setiap magrib itu, ada proses menyambung silaturahmi dan membangun rasa kepemilikan atau militansi terhadap komunitas ini. Seusai mengaji, biasanya kawan-kawan sanggar berdiskusi ringan membahas isu-isu sosial yang terjadi di desa. Proses diskusi dan berkomunikasi itulah yang mendorong mereka harus membuat semacam komitmen kolektif yang harus disepakati dan dikawal bersama-sama demi kemajuan sanggar midang. Magrib mengaji ini sendiri sudah ada sebelum nama sanggar itu ada. Mengingat, lokasi sanggar ini berada dirumahnya nawawi yang memang sedari dulu sudah menjadi lokasi mengaji pemuda-i dusun midang. Karena tradisi mengaji ini sudah kuat dan mengakar dari dahulu, semenjak H. Musleh (alm) masih menjadi guru pertama di sanggar-walaupun penamaan sanggar belum ada namun lokasi yang dijadikan tempat mengaji itu sama- jadi susah memisahkan keberadaan sanggar dari tradisi magrib mengaji ini.

 Kemudian di lanjutkan dengan teras bahasa inggris. Sesuai dengan namanya teras bahasa inggris adalah sebuah rogram rutin pembelajaran bahasa inggris yang dilaksanakan setiap hari jumat sore bertempat di teras – teras warga dusun midang. Program ini pertama kali dimulai pada tanggal 14 september 2018.pada awal pelaksanannya ada sekitar lima peserta didik yang mengikuti program ini, namun setelah berjanalan beberapa bulan peserta didik mulai bertambah sekitar puluhan orang. Program ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan tentang pentingnya mempelajari bahasa inggris yang dimana antusiasme peserta didik dalam belajar bahsa inggris khususnya di dusun midang terbilang minim, oleh karena itu program ini bisa menjadi solusi untuk meningkatan motivasi peserta didik dalam menguasai bahasa inggris. Lebih jauh lagi para peserta didik ini diharapkan bisa menjadi generasi pengajar pelajaran bahsa inggris di dusun midang.
Belajar tajwid mulai diterapkan beberapa minggu setelah sanggar didirikan dan peserta didik telah mulai melaksanakan magrib mengaji. Awal diadakannya ngaji tajwid ini karena para pengurus sanggar Midang sadar bahwa ilmu tajwid ini sangat penting diajarkan kepada peserta didik, untuk membantu mereka  memahami Al-Qur’an, terutama tentang hukum bacaan Al-Qur’an. Demi tercapainya apa yang diharapkan dari ngaji tajwid ini, peserta didik dijelaskan tentang materi hukum bacaan, kemudian langsung dipraktikkan bagaimana cara membacanya di dalam Al-Qur’an. alhamdulillah sebagian dari peserta didik sudah lancar dalam membaca Al-Qur’an sesuai dengan hukum bacaan yang telah mereka dapatkan dari ngaji tajwid.
 Selain kedua program itu, kawan-kawan sanggar juga menerapkan program SP (sekolah perjumpaan). SP ini adalah  salah satu program yang di inisiasi oleh prof. Husni muadz salah seorang Guru Besar Universitas Mataram, dimana sekolah perjumpaan ini merupakan sebuah model pembelajarn nilai yang bertujuan untuk menormalisai hubungan sosial. Pembelajaran inti dalam SP adalah mengaktifkan nilai-nilai universal dalam berbahasa dan berperasaan saat berjumpa dengan orang lain, diantara adalah kejujuran, tanggungjawab, menepati janji, kesabaran, ketulusan dan lain-lain. Sejauh ini program SP tersebar di kurang lebih 50 titik dan salah satunya di Dusun Midang. Adapun dampak langsung yang dihasilkan dari penerapan program SP (Sekolah Perjumpaan) di Sanggar Midang dapat dilihat dan dirasakan oleh kawan-kawan Sanggar, orang tua peserta didik,  peserta didik itu sendiri serta masyarakat Dusun Midang Secara umum. SP ini mendidik seseorang  untuk menganalisa berbagai kegiatan di sekitar sanggar dan diri sendiri. di sp ada beberapa kegiatan yang mereka lakukan sebut saja program tersebut bedah buku, setiap malam minggu para peserta didik berkumpul untuk mempresentasikan hasil bacaan dari bedah buku tersebut, program sp ini secara tidak disadar juga mengajar peserta didik untuk belajar bagai mana cara berpresentasi yang baik dan benar.
Program bahasa arab terhitung masih baru karena mengingat, ketertarikan terhadap bahasa arab tidak sama seperti bahasa inggris. Hal ini dikarenakan bahasa inggris sudah menjadi bahasa kebutuhan bagi manusia milenial. Pembelajaran bahasa inggris itu pun,harus diakui, jauh lebih asik dibandingkan dengan pembelajaran bahasa arab. Selama ini, bahasa arab terkesan masih kaku dan masih terikat dengan kesakralan. Setiap huruf hijaiyah itu diasumsikan seperti Al-Qur’an yang apabila kita salah dalam mengucapkannya akan mendapat dosa. Paradigma yang demikian itu membengkak dan berkembang di masyarakat desa khususnya dan masyarakat indonesia umumnya. Jadi, program bahasa arab yang ada disanggar midang ini akan berusaha menampilkan bahasa arab sebagai bahasa yang asik, mudah dipelajari dan tidak membosankan.



Seriring berjalan waktu, kawan-kawan sanggar berdiskusi untuk membuat sebuat program baru dan menarik. Kali ini nama program tersebut yaitu midang hijau. Dimana program ini tidak di fokuskan pada satu titik, akan tetapi program ini di fokuskan untuk seluruh desa midang. Pada tanggal 9 oktober 2018 para pendiri sanggar membuat sebuah taman. Ada berbagai macam sayuran yang meraka tanam yaitu cabai, terong, dan sayur mangkok(pakcoi). Taman tersebut selain digunakan untuk bertanam juga sering menjadi lokasi belajar bahasa inggris.
Kesemua program yang dilakukan itu tidak lain bertujuan untuk terus belajar mengasah kemampuan kawan-kawan demi bersama memajukan desa midang tercinta.


Jumat, 12 Oktober 2018

cerita di taman mini

teras bahasa inggris

            Rabu, 10 oktober 2018 pekarangan samping mushola darul huda di Rt 10 dusun midang, desa midang telah selesai digarap oleh kawan-kawan sanggar dan masyarakat setempat sebagai lokasi pertama program midang hijau. 52 bibit cabai, terong, dan sayur-sayuran lainnya telah ditanam dengan teknik hidroponik. Sepengetahuan saya, teknik hidroponik adalah teknik kekinian dalam usaha membudidayakan tanaman dengan menekankan pada pemenuhan nutrisi bagi tanaman atau dalam pengertian yang sangat sederhana, bercocok tanam dengan tanpa tanah yang luas. Di mana pun tumbuhnya sebuah tanaman akan tetap dapat tumbuh dengan baik apabila nutrisi (unsur hara) yang dibutuhkan selalu tercukupi. Dalam konteks ini, fungsi dari tanah adalah untuk penyangga tanaman dan air  yang ada merupakan pelarut nutrisi, untuk kemudian bisa diserap tanaman.
            Pekarangan mushola itu pun kemudian menjelma menjadi semacam taman mini yang memberikan wajah baru bagi pemandangan sekitar mushola darul huda. Kemegahan yang lain muncul ketika lokasi taman yang masih kosong itu dimanfaatkan oleh fathurrahim dan kawan-kawan sebagai tempat menyemai ilmu pengetahuan. Dimulai dari program teras bahasa inggris, jum’at, 12 oktober 2018.


proses pembelajaran

Fathurrahim yang menjadi tutor bahasa inggris menuturkan bahwa, pemanfaatan lokasi taman ini sebagai ruang belajar adalah wujud sederhana pengabdian pemuda untuk kemajuan sumber daya manusia khususnya yang berada di dusun midang ini. Bahasa adalah pintu masuk kita membaca dan memahami perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin pesat oleh karena itu, belajar bahasa inggris ini bertujuan agar adik-adik ini kelak tidak rabun dalam mengisi zaman milenial ini.
            Dimulai pada jum’at sore walaupun peserta yang hadir tidak banyak, proses pembelajaran bahasa inggris berjalan dengan lancar dan menyenangkan. sedari awal, kawan-kawan sanggar ini selalu berpendapat bahwa kuantitas itu tidak terlalu urgen. Walaupun sedikit namun mereka mempunyai semangat belajar itu lebih cepat di isi dibanding kuantitas banyak dengan semangat belajar yang tidak karuan. Tentunya, harapan kawan-kawan sanggar ialah disamping kuantitas yang banyak juga motivasi belajarnya juga besar.
            Hari pertama belajar bahasa inggris, adik-adik diajarkan cara memperkenalkan diri. Setiap adik-adik disuruh maju untuk memperkenalkan diri mereka dengan menggunakan bahasa inggris. Metode ini disamping mengajari adik-adik menggunakan bahasa juga bisa melatih mental mereka berkomunikasi didepan khalayak ramai. Ini adalah semacam tuntutan primer diera keterbukaan informasi yang menggila ini.
Seusai belajar, tetangga mushola, ibu irok namanya, salah satu istri stap desa senior menyuguhkan pisang goreng untuk mengisi laju sore yang semakin melambai. Obrolan-obrolan kecil tercecer di meja bundar itu. Pak Rt 10 yang juga menjadi salah satu pengurus sanggar kemudian mengingatkan adik-adik seusai magrib masih ada pengajian rutin di sanggar. Pengajian sederhana ini hanya mengajarkan adik-adik dan kawan-kawan sanggar bagaimana cara membaca Qur’an untuk kemudian mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Sementara petang akan bertamu, proses pembelajaran di taman mini itu pun disudahi dengan membaca do’a. Satu peristiwa penting telah bergelinding sore itu, bagaimana antusias dan semangat adik-adik dan tutor mereka untuk sama-sama belajar.

Senin, 08 Oktober 2018

program "Midang Hijau


Berawal dari kegusaran Fathurrahim ketika melihat kondisi halaman mushola darul huda yang sedikit tidak terurus. Tumpukan sampah berserakan, seperti tidak layak menjadi taman mushola yang digunakan untuk beribadah sehari-hari. Dari kegusuran itu, dia kemudian berinisiatif untuk membersihkan halaman mushola itu dan akan berkegiatan disana. Fat – nama panggilan sehari-harinya- awalnya, hanya mengajak kawan-kawan sanggar untuk bersih-bersih saja, belum terpikirkan akan membuat taman atau tempat belajar bertani. Sesudah halaman bersih, dia membaca potensi lahan yang cukup luas jika digunakan untuk belajar. Kemudian dia mengajak kawan-kawan sanggar belajar untuk menseriusi idenya itu dengan membuat program “midang hijau”. Midang hijau itu sendiri adalah program yang berusaha mengedukasi kawan-kawan sanggar secara khususnya, dan masyarakat midang secara umumnya akan pentingnya memanfaatkan pekarangan rumah untuk dijadikan lahan bertani. Saat ditanya apa tujuan dari program ini, Fathur menjawab:

“saya berharap dengan adanya program ini masyarakat bisa memanfaatkan sedikit pekarangan rumahnya untuk bercocok tanam dengan cara yang sederhana. Saya juga berfikir bahwa teman-teman ini mesti berkegiatan, mesti berlatih untuk mengasah skil yang di milikinya. yang menarik itu sebenarnya ada pada prosesnya, dengan adanya program ini, kita bisa melakukan penilaian terhadap setiap anggota sanggar, dari aspek ke aktifan, inisiatif, kerjasama. Dan terakhir, saya ingin membuktikan bahwa sanggar tidak sekaku yang orang pikirkan. Sanggar proaktif dan produktif, bisa menjadi motor berbagai program sosial, pendidikan, kesenian, dll”.

Sudah dua minggu program midang hijau telah berjalan. Mulai dari membersihkan halaman, belajar membuat pupuk, pembuatan meja, sampai dengan pembuatan pagar yang berguna untuk menghalangi ayam masuk ke taman. Yang menarik dari proses pembuatan pagar ini ialah ikut andilnya sebagian masyarakat dan mengapresiasi ide dari kawan-kawan sanggar ini. Pak Muhammad selaku ketua RT 2 mengatakan, dirinya telah lama menunggu program kreatif semacam ini. Menariknya juga, proses pembuatan pupuk itu dibimbing langsung oleh bayu. Bayu adalah pemuda yang menekuni hampir semua profesi. Dia bisa bertani, beternak, berbisnis dan menjadi dosen. Cukup besar andil pemuda kelahiran gunung sari ini.

Tidak sampai disitu, ketika kawan-kawan sanggar bersilaturahmi ke kediamannya prof husni muadz yang akrab dipanggil abah husni-inisiator dan pendiri sekolah perjumpaan- setelah mendengar keinginan dari kawan-kawan sanggar, prof husni memberikan kayu ramuan. Disamping bisa dijadikan sebagai wadah menaruh tanaman, kayu itu rencananya juga akan dijadikan meja bundar tempat kawan-kawan berdiskusi. Guru besar unram itu memang dikenal selalu terbuka kepada siapa saja. Semenjak kawan-kawan sanggar aktif dalam program sekolah perjumpaan, hubungan emosional kawan-kawan sanggar dengan pendiri sekolah perjumpaan itu seperti hubungan ayah dan anaknya. Sekali seminggu kawan-kawan sanggar menikmati kopi dikediaman beliau sembari meneguk ilmu beliau. Tidak main-main, beliau tahan meladeni mahasiswa sampai subuh. Jarang sekali kita jumpai tokoh seterbuka itu.

Hari minggu 7 oktober 2018, hari pertama proses menanam bibit cabai, terong, dan sayur-sayuran lainnya berjumlah sekitar 52 biji. Bibit-bibit ini kawan-kawan sanggar peroleh dari mantan kepala desa Midang, pak ahmadi. Beliau memberikan itu sebagai bentuk apresiasi kepada pemuda yang menaruh perhatian kepada sektor pertanian sekalipun sederhana. Pak ahmadi, sekalipun kesehariannya sibuk mengurus masyarakat, beliau tetap bertani dihalaman rumahnya. Tentunya masih akan datang bibit-bibit yang lain.“Setelah menanam, kini tinggal menyiram dan menjaga” ujar si roni yang dari awal aktif mengawal program ini.

Bangsal Menggawe; sebuah catatan pribadi #4

Sudah cukup lama saya tidak lagi menggeluti sepak bola. Terakhir, seingatku, dua tahun berturut-turut menjadi juara ke tiga tingkat kecama...