Rabu, 08 November 2017

pergeseran spritual dikampus

Menuntut ilmu dalam perspektif agama islam merupakan kewajiban yang tidak bisa ditawar-tawar yang diperuntukan kepada semua muslimin dan muslimat. hal itu berlandaskan pada hadits Nabi Muhammad yang dalam agama islam merupakan sumber kedua setelah Al-Qur'an. Nabi Muhammad bersabda "menuntut ilmu itu  merupakan kewajiban bagi kaum muslimin dan muslimat (HR.Muttafak Alaih)". Jika hadits ini dikaitkan dengan undang-undang negara kesatuan rebublik indonesia yang menjamin atas semua warganya untuk mengenyam dunia pendidikan maka sesungguhnya warga negara indonesia ditekan oleh dua aturan yaitu aturan agama dan aturan negara.

kewajiban menuntut ilmu dalam agama islam memang secara tegas telah disyariatkan oleh baginda Nabi Muhammad SAW namun persoalan lokasi atau tempat menuntut ilmu tidak pernah dijabarkan secara eksplisit oleh beliau. artinya, ilmu bisa dituntut dan dipelajari dimana saja asalkan ada kemauan dan guru yang ahli dalam ilmu tersebut.
kewajiban menuntut ilmu yang disabdakan oleh Nabi Muhammad SAW tentu tidak berlaku untuk semua ilmu yang sangat luas itu. dalam ajaran agama islam, ada ilmu yang hukumnya fardu a'in (wajib bagi setiap individu) untuk dipelajari dan ada yang hukumnya fardu kifayah(cukup diwakilkan). adapun salah satu ilmu yang fardu a'in untuk dipelajari oleh kaum mulimin ialah ilmu Tauhid/akidah islamiyah.

Ilmu tauhid ini merupakan dasar dari segala bentuk macam ilmu yang tercecer dimuka bumi ini tanpa ilmu Tauhid manusia akan kehilangan ruh dari dirinya dan ruh dari ilmunya. ilmu Tauhid  memokuskan kajiannya pada Allah dan Rasulnya. bagaimana mengenal sang pencipta berikut sifat-sifat yang meliputinya, apa yang wajib bagi dirinya, yang jaiz dan yang mustahil. begitu pula terhadap Rasulnya.

dizaman modern ini, saat ilmu pengetahuan berada dalam puncak kejayaannya manusia cendrung menganggap bahwa kebenaran mutlak itu berada pada sains, terlebih dengan adanya pendeklarasian oleh beberapa ilmuan tentang indefendensi sains. artinya, sains tidak terpengaruh oleh apapun termasuk agama. oleh karna itulah, kecendrungan manusia modern-khususnya untuk kaum muslim- menganggap bahwa agama islam tidak mampu menjawab akan persoalan-persoalan duniawi semacam ini. perlahan demi perlahan manusia kemudian melupakan agama dan Tuhannya.

kelalaian semacam ini tidak hanya tenar diruang publik, namun juga dilembaga pendidikan islam seperti STAIN,IAIN dan UIN. pengaruh globalisasi yang tidak bisa dibendung memaksa mahasiswa mengkonsumsi literatur-literatur barat yang terlalu menitik tekankan akal sebagai sumber ilmu pengetahuan. yang lebih na'asnya, kebanyakan mahasiswa semacam ini tidak memiliki pondasi pelajaran agama dari sejak Tsanawiyah atau Aliyah walhasil, mahasiswa lulusan lembaga pendidikan islam tidak banyak yang bisa mengislamkan dirinya apalagi mengislamkan non muslim.

pergeseran spiritual didunia kampus semacam ini merupakan penomena unik. seharusnya kampus islam yang menjadi gambaran utuh tentang agama islam ternyata selama ini belum sempurna mengemban amanahnya. masih banyak yang perlu diperbaharui. misalkan dalam ranah kajian, kampus islam selama ini belum menemukan titik tekan pada kajian dasar filsafat islam. kita masih berkiblat pada filsafat barat yang tentunya sangat jauh berbeda dengan filsafat islam. perbedaan itu sangat mencolok ketika kita melihat konstruk pemikiran barat yang spekulatif sampai-sampai melanggar rambu-rambu agama. islam tidak mengharamkan filsafat, bahkan islam menganjurkan pemeluknya untuk berfilsafat selama itu tidak mengganggu keyakinan dasar tentang tauhid.

dalam agama islam, ada tiga epistimologi yang ditawarkan oleh al-jabiri. pertama epistimologi bayani, burhani dan irfani. epistimologi bayani lebih mengedepankan pemahaman teks secara tekstual saja. sehingga bunyi teks yang sudah jelas tidak perlu untuk dinalar lagi. adapun epistimologi burhani lebih menekankan sisi rasionalitas. akal dianggap mempunyai andil besar dalam memahami teks-teks agama. yang ketiga ialah epistimologi irfani yang lebih menitik beratkan pada ranah intuisi. dari ketiga epistimologi ini sesungguhnya agama islam tidak menutup diri dari dunia filsafat.

oleh karna itu, untuk menangani pergeseran spiritual didunia kampus ini perlulah kiranya membangun semangat beragama islam dikalangan mahasiswa/i. semangat beragama yang tidak melupakan sisi intelektual dan spritual. sehingga mahasiswa kelak akan menjadi pemikir dan pendakwah. ulama' yang berintelek dan intelek yang ulama'.

Bangsal Menggawe; sebuah catatan pribadi #4

Sudah cukup lama saya tidak lagi menggeluti sepak bola. Terakhir, seingatku, dua tahun berturut-turut menjadi juara ke tiga tingkat kecama...