Kamis, 19 Oktober 2017

Transmisi Budaya Islam Ke erofa





Sebelum berbicara tentang transmisi budaya islam di eropa mari kita ketahui Satu penjelasan mengenai transmisi pengetahuan ilmiah dari satu kultur ke kultur lainnya di mana kultur dipahami terutama sebagai suatu wilayah merupakan satu gambaran mengenai gerakan produk-produk ilmiah; yaitu berupa pemindahan teks-teks, konsep-konsep, teori-teori, teknik-teknik, dan seterusnya dari satu kultur tertentu. Karena transmisi seringkali disertai oleh perubahan tertentu, maka suatu pendekatan kinematik mesti mempertimbangkan fakta-fakta tertentu transformasi, seperti fakta bahwa teks pada masa kemudian berbeda secara linguistik dengan teks pada masa awal (terjemahan); atau bahwa yang terakhir merupakan bentuk yang berbeda (ikhtisar, revisi, pengembangan, dan seterusnya) dari pertama.[1] Seperti diketahui bahwa perkembangan tradisi intelektualisme Islam kian menemukan bentuknya terutama terletak antara abad ke-8 dan ke-13 M. Dalam periode pertengahan inilah, oleh banyak ahli sejarah memandang dunia Islam sebagai mengalami "pencerahan intelektual".[2] Tradisi intelektualisme ini diawali dengan gerakan penerjemahan buku-buku Yunani dan bangsa lainnya ke dalam bahasa Arab yang berpusat di Bayt al-Hikmah di Baghdad. Ilmu-ilmu yang dicakup gerakan penerjemahan ini adalah ilmu kedokteran, matematika, fisika, mekanika, botanika, optika, astronomi di samping filsafat dan logika. Yang diterjemahkan adalah karangan-karangan Galinos, Hipocrates, Ptolomeus, Euclid, Plato, Aristoteles, dan lain-lain.[3] Dan buku-buku itu di telaah para cendikiawan muslim sehingga mereka mengerti ilmu yang ada pada saat itu dan semua itu juga berkat dorongan khalifah-khalifah abbasiyah baik yang berasal dari peradaban Yunani maupun Persia, Mesir dan dalam batas tertentu juga India.
Dalam mengakses ilmu dan peradaban Yunani, para cendekiawan Muslim tidak sekadar mencatat dan menerjemahkan karya tersebut, melainkan mengomentari, memberi notasi, dan mengembangkannya ke dalam hasil-hasil penelusuran mereka sendiri. Sehingga transmisi ilmu Yunani ke dalam dunia Islam di sini tidaklah dalam pengertian kinematik semata, tetapi justru menciptakan paradigma keilmuan yang khas dan tipikal Muslim, dan dengan begitu mereka berhasil dalam memulai tradisi ilmiah yang baru serta dalam bahasa yang baru pula. Selanjutnya untuk pengembangan ilmu-ilmu itu didirikanlah universitas-universitas. Yang termasyhur diantaranya, Universitas Cordoba di Andalusia (Spanyol Islam), Universitas Al-Azhar di Kairo, dan Universitas Al-Nizamiyah di Baghdad. Universitas yang disebutkan pertama, dalam perkembangannya tak sedikit menyertakan orang-orang Nasrani dari Eropa.[4]  terutama pada paruh awal abad ke-11guna mengikuti studi pada universitas dimaksud. Belakangan, universitas ini menjadi salah satu tempat terpenting dalam transmisi sains dan budaya dari dunia Islam ke Barat. Dan disanalah banyak orang datang dari berbagai negara menuntut ilmu di Eropa. Adapun kita akan membahas bagaimana bentuk dari transmisi budaya islam ke Eropa. Transmisi budaya islam ke Eropa mempunyai banyak bentuk dan proses yang terjadi, pada masa itu. Sesungguhnya, pengaruh peradaban Muslim (Abad Pertengahan) jauh lebih luas dibanding "sekadar" peletakan landasan sains modern. M.M. Sharif, salah seorang pemikir Muslim Pakistan terkemuka pasca Iqbal seperti dikutip Haidar Bagir menambahkan beberapa sumbangan lain pemikiran Islam atas pemikiran Barat: pengenalan ilmu-ilmu sejarah; penyelarasan filsafat dengan agama; penggalakan mistisisme Barat; peletakan landasan bagi Renaisans di Itali; dan sampai tingkat tertentu membentuk pemikiran Eropa modern hingga masa Immanuel Kant, bahkan (pada jurusan tertentu) hingga masa yang lebih belakang.[5]  Berikut adalah proses dan bentuk terjadinnya transmisi budaya islam ke Eropa yaitu melalui perang salib, sicilia, dan andalusia.
A. MELALUI PERANG SALIB
Siria dan sekitarnya, seperti diketahui adalah wilayah di mana Islam dan Barat berjumpa dalam bentuk perang Salib. Perang yang berlangsung antara 1095 sampai 1291 ini, sedikitnya punya pengaruh terhadap transmisi pemikiran dan sains Islam ke Barat. Kendati demikian, disadari bila pengaruh perang salib di sini tidaklah begitu intens, mengingat orang-orang yang datang sebagai pasukan Salib adalah ksatria-ksatria perang dan bukan ilmuan. Sehingga, dapat dikatakan bahwa sekiranya pun terjadi transmisi akibat perang salib tetapi bentuknya tak lebih dari peniruan tatacara hidup sebagai hasil kekaguman Barat dalam hal ini pasukan Salib terhadap masyarakat Islam yang mereka lihat. Transmisi terlihat terutama pada kemiliteran, arsitektur, teknologi pertanian, industri, rumah-rumah sakit, permandian umum, dan dalam batas tertentu juga sastra.
Di samping dua bentuk yang mengakibatkan terjadinya transmisi pemikiran dan sains Islam ke Barat, tak sedikit historian melihat bila terdapat pula pengaruh kontak pribadi dalam proses itu. Pandangan ini berangkat dari satu kenyataan bahwa sejak penaklukan Siria, Mesir dan Persia oleh ekspedisi-ekspedisi Islam sejak khalifah 'Umar ibn al-Khattab, tak sedikit orang-orang Kristen di Timur (Bizantium) menjalin kontak pribadi dengan orang-orang Islam. Karena semangat liberasi, moderasi dan toleransi yang dimiliki umat Islam, sehingga orang-orang Kristen tidak menemukan halangan dalam mengikuti kegiatan intelektual dan kebudayaan kaum Muslim. Tak jarang di antara mereka menjadi tokoh-tokoh penting dalam gerakan keilmuan Islam yang lahir kemudian. Mereka pula yang kelak banyak membantu menerjemahkan karya-karya keilmuan Yunani ke dalam bahasa Arab, dan selanjtnya, terutama pada paruh awal abad ke-11, karya-karya terjemahan berbahasa Arab itulah yang diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh sarjana-sarjana Barat.[6] Dengan adanya perang salib ini banyak membawa keuntungan bagi benua Eropa. Perhubungan orang Kristen dengan orang Timur Tengah memberikan kemjuan dalam berbagai bidang. Ketika kembali ke Eropa kapal-kapal mereka membawa barang-barang berharga seperti kain tenun sutera, bejana dari porselin, dan lain-lain. Sedangkan dari jenis tumbuh-tumbuhan yang dibawa ke Eropa antara lain: sejenis biji-bijian, tanaman padi, pepohonan jeruk, semangka, bawang putih, tumbuhan obat-obatan, tumbuhan yang mengandung zat pewarna dan rempah-rempah.
B. MELALUI NEGERI SICILIA
Sebagai titik persentuhan dari dua lapangan kebudayaan, maka pulau Sicilia teristimewa merupakan alat penghubung untuk meneruskan pengetahuan kuno dan pengetahuan abad pertengahan. Sebagian rakyatnya terdiri dari elemen Yunani yang berbahasa Yunani, sebagian dari elemen muslim yang berbahasa Arab, dan suatu golongan sarjana yang paham akan bahasa latin. Sejak raja-raja Norman dan para pengganti kerajaan Sicilia menguasai bukan hanya pulau tersebut, melainkan juga Italia Selatan, maka merekalah yang merupakan jembatan untuk menyeberangkan berbagai kebudayaan Islam ke semenanjung Italia dan Eropa Tengah.
Di wilayah ini, sains Islam, khususnya kedokteran dipelajari di Salermo. Penerjemahan besar-besaran dilakukan terutama oleh Constantinus Africanus (1087 M) yang beruntung menjadi murid seorang Arab. Dari terjemahan-terjemahan bahasa Arab, ia menghasilkan terjemahan Latin karya-karya Hipocrates dan Gales di samping menerjemahkan karya-karya orisinal sarjana-sarjana Muslim. Di Palermo, ibukota Sisilia, juga timbul gerakan penerjemahan besar-besaran pada abad ke-13 M di bawah dorongan Raja Fredrick II dan Roger II. Dari sini, karya-karya terjemahan itu dibawa ke Eropa bagian selatan, dan kelak melahirkan Renaisans di Itali.[7]
C. MELALUI ANDALUSIA (SPANYOL)
Di Andalusia banyak sekali universitas yang didirikan. Di sana, orang-orang Eropa banyak berdatangan untuk kepentingan studi dan transfer cultural. Sebut saja misalnya, Michael Scot, Robert Chester, Adelard Barth, Gerard dari Cremona, dan lain-lain nama yang merintis kegiatan studi di Andalusia. Pelajaran yang diberikan di Universitas Granada antara lain ilmu ketuhanan, yurisprudensi, kedokteran, kimia, filsafat, dan asstronomi. Terdapat pula gedung-gedung perpustakaan, ruang untuk diskusi dan rumah sakit. Setelah granada jatuh pada tanggal 2 januari 1492 ke tangan Ferdinand dan istrinya Isabella, buku-buku yang berbahasa Arab dibakar atas perintahnya.[8]
Di Andalusia sedikit demi sedikit umat Islam kehilangan wilayah kekuasaanya. Mula-mula kota Toledo direbut oleh kriten pada tahun 1085 M, hilanglah pusat sekolah tinggi dan pusat ilmu pengetahuan Islam beserta segala isinya yang terdiri dari perpustakaan bersama ilmuwan-ilmuwannya.
Tahun 1236 M, menyusul Cordova dirampas oleh raja Alfonso VII dari Castilia, maka hilang pula pusat kebudayaan dunia disebelah barat beserta masjid raya Cordova yang didirikan oleh amir-amir Umayyah di Andalusia, perpustakaan yang didirikan oleh Hakam II dengan buku-bukumya dari segala cabang ilmu. Kehilangan itu terus berlanjut kota demi kota, menyusul Sevilla, Malaga, dan Granada. Akhirnya umat islam beserta raja Bani Ahmar terakhir, Abu Abdullah harus terusir dari Andalusia. Tanah airnya yang telah ditempati lebih dari 75 abad dengan meninggalkan apa yang pernah diciptakan, baik kebudayaan secara fisik berupa peradaban dan ilmu pengetahuan, maupun miliknya secara rohani berupa penganut Islam dari penduduk asli Andalusia yang digelari Muzarabes (Mustaribun) yang dipaksa untuk menjadi kristen kembali.golongan Muzarabes inilah yang mengalirkan kembali ilmu pengetahuan Islam ke Eropa.[9] Penyaluran ilmu pengetahuan ke Eropa dimulai ketika Toledo jatuh ke tangan kristen. Untuk mempermudah penyerapan ilmu-ilmu Arab, di Toledo didirikan sekolah tinggi terjemah. Pekerjaan ini dipimpin oleh Raymond. Buku-buku yang disalin adalah buku-buku bahasa Arab yang masih tersisa dari pembakaran. Penerjemah baghdad banyak yang dipindah ke Toledo, terutama yang berasal dari bangsa Yahudi. Sebagian besar dari merek dapat menguaai bahasa Arab, Yahudi, Spanyol, dan Latin. Di antara penerjemah yang terkenal adalah Avendeath (Ibnu Daud, bangsa Yahudi), yang menyalin buku astronomi dan astrologi dalam bahasa latin. Satu lagi Gerard Cremona, mencoba mengimbangi pekerjaan hunaain bin Ishak menyalin buku-buku filsafat, matematika, dan ilmu kedokteran.[10]
Demikianlah, kemudian Toledo menjadi pusat perkembangan ilmu-ilmu Islam ke dunia barat. Peranan Toledo bertambah lengkap setelah umat Islam diusir dari Andalusia. Buku-buku yang tersisa dari kota-kota lain di Andalusia seperti Cordova, Sivilla, Malag, dan Granada, dapat mereka manfaatkan. Bangsa barat benci terhadap Islam, akan tetapi haus kepada ketinggian ilmu dan peradabanya.[11] Kemajuan Eropa yang berkembang pada saat itu banyak sekali berhutang budi pada khazanah islam yang berkembang pada pereode klasik. Memang banyak saluran atau bentuk-bentuk yang terjadi sehingga menyebabkan transmisi budaya islam ke Eropa sebagaimana kita ketahui melaui perang salib, sicilia dan spanyol sendiri.[12] Dan dari berbagai bentuk dan proses di atas faktor utama yang menyebabkan terjadinya transmisi budaya islam adalah karena keinginan dari setiap Negara di belahan Eropa untuk mengembangkan budaya dan ilmu  di Negara mereka masing-masing, bila dilihat dari proses dan bentuk-benuk transmisi yang terjadi. Yang berproses dari menterjemakan buku-buku arab kedalam bahasa latin agar mereka bisa memahami dengan baik dan menelaah apa yang ada didalamnya.



[1] Lihat, A.I. Sabra, "Cross Cultural Transmission of Natural Knowledge and Its Social Implication", Paper, h. 1
[2] ibid
[3] Harun Nasution, "Peran Ajaran Islam dalam Perkembangan Ilmu Pengetahuan" dalam Islam Rasional, (Cet. I; Bandung: Mizan, 1995), h. 298-299.
[4] Philip K. Hitti, History of The Arabs, (London: Mac Millan & Co. Ltd, 1964), h. 530.
[5] Haidar Bagir, "Jejak-jejak Sains Islam dalam Sains Modern", jurnal Ulumul Qur'an, No. 2 Vol. 2 thn. 1989, h. 34-5.
[6] Lihat, Ulumul Qur'an, No. 4, Vol. IV, Thn. 1993, h. 29-32.
[7] Harun Nasution, op. cit., h. 302.
[8] Nourouzzaman Shiddiqi, Tamaddun Islam: Bunga Rampai Kebudayaan Muslim, (Jakarta: Bulan Bintang, 1986), h. 67-80.
[9]  ibid
[10] Samsul Munir, Sejarah Peradaban Islam, (jakarta: sinar grafika offset, 2010), hlm. 119-120, 122
[11] ibid
[12] Badri yatim, sejarah peradaban islam, (Jakarta : PT Raja grafindo prasada, 2004) hlm 108

Bangsal Menggawe; sebuah catatan pribadi #4

Sudah cukup lama saya tidak lagi menggeluti sepak bola. Terakhir, seingatku, dua tahun berturut-turut menjadi juara ke tiga tingkat kecama...